Langsung ke konten utama

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

  

Jurnal Refleksi

Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan!

Apa yang menarik pada pertemuan kali ini?


Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa.


Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh!

Selain check-in, peserta juga merefleksikan kegiatan bermain bareng, ngobrol bareng, dan berkegiatan bareng di rumah. Ini. Menarik, karena selama ini selalu tidak percaya diri apakah sudah melakukan aktivasi ini bareng keluarga? Jawabannya sudah hanya tidak disadari dan selalu menemukan kendala.

Apa saja kendalanya? Ada yang berupa komunikasi, goal yang tidak tercapai, atau anak-anak yang masih kurang mendukung. Ada anak yang ngambek nggak mau ikutan, duh ini mah saya banget. Ada salah seorang anak yang susah banget diajak ngobrol, main bareng, dan berkegiatan bareng.

Sebabnya komplek, kalau diceritakan di jurnal bisa nggak habis-habis ini. Baiklah anggap saja ini ujian bagi keluarga kami. Iya memang ujian sih. Bayangkan 9 kepala, dengan 7 diantaranya berstatus anak. Satu kepala saja sudah susah menyinkronkan apalagi 9 ini mah.

Suami aja masih harus menyelaraskan sampai detik ini apalagi Anak-anak. Anak-anak karakternya beda satu sama lain, sifatnya, kemampuannya, kemauannya, hobinya. Yalah, kalau berangkat dari kesamaan mah gak ada tantangannya. Justru seru dengan tantangan-tantangan ini. Misal, kita mau makan di luar, maka 9 kepala ini akan rapat berjam-jam untuk memutuskan makan dimana, menunya apa, gimana sampai ke tampat itu, naik apa, siapa bonceng siapa, siapa yang baik taxi online. Seru kan

Seperti lebaran kemarin, mumpung kumpul kita pengen staycation, atau berlibur kemana. Maka rapat dulu untuk menentukan tempat yang dipilih. Seru dah pokoknya. Dari peristiwa-peristiwa ini saya semakin yakin bahwa keluarga kami menuju A home team.

Apa yang sudah dipahami dari pertemuan ini?


Menjadi keluarga berkualitas A tentu tidak mudah kan ya, makanya harus diusahakan. Caranya ya sering-sering melakukan 3 mantra itu, ngobrol main, beraktivitas bareng. Dari matra ini kita tahu deh apa yang harus diselaraskan antar anggota keluarga agar menjadi team. Bukan kerumunan. Misal nih, saya dan suami beda banget… ya iyaaa lah. Suami suka nonton saya nggak. Maka saat suami nonton, saya baca ebook. Terus nanti kita bahas masih-masing aktivitas kita.

Apa yang ingin diterapkan dalam keluarga?


Mantra 3 ini, pengen terus bisa diaplikasikan meski anak-anak sudah pada jauh. Mengusahakan video call setiap akhir pekan, ngumpul bareng saat liburan meski nggak bisa lengkap kap seperti saat mereka masih kecil-kecil dulu.

Berdua dengan suami, saya terus melakukan mantra 3 ini. Selain yang sudah berjalan, seperti kegiatan baca hadist dan diskusi sehabis Isya. Lalu pada hari Sabtu atau Ahad, olahraga bareng. Tiap malam minggu kami punya waktu khusus ngobrol. Sudah kami mulai sejak dua pekan ini, bisa di teras rumah, atau sesekali keluar ke cafe.

Apakah ada pertanyaan?


Kemarin sih ada yang ingin ditanya, eh sekarang malah lupa. Tapi pertanyaan-pertanyaan teman di grup sudah mewakili kok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b
NICE HOME WORK #5 🌿Desain Pembelajaran Ada berjuta rasa, diantaranya adalah rasa semakin belajar semakin merasa  banyak hal yang belum kita ketahui, semakin membuat kita kecil bukan apa-apa. Namun satu hal yang jadi pegangan dalam mendidik anak adalah tidak mudah “Baper”... Heuh, di era ilmu parenting yang lagi marak, juga informasi yang luar biasa ini, apa pun dengan mudah kita serap dan ketika idealisme tak sesuai dengan realita lalu baper dan alih - alih mendidik dengan baik malah jadi menekan anak dengan sukses. Seperti status fb mbak Yeti Widiati juga Pak Adriano Rusfi yang kucoba bahasakan dengan versiku :  Saat melihat Musa hafidz Qur’an diusia belia, Ayo Nak...hafalan Qur’an biar seperti Musa Melihat Izzan yang lulus SBNPTN diusia muda di Universitas keren ITB, Ayo Nak, belajar yang rajin biar masuk sekolah keren seperti Izzan Ayo Nak, belajar menulis biar jadi penulis keren.. Ayo Nak….bla...bla...bla… Kita orang tua, kemudian mengayal kapan anakku sepe