Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Game Level 5 Hari ke 10

Selama ini kami tak pernah mendokumentasikan proses perjalanan literasi kami, beruntung ada tantangan di game level 5 ini sehingga program literasi bulan maret ini terdokumentasikan. Setelah terstimulasi dengan baik dan benar, anak-anak akan punya budaya dan kemandirian dalam kegiatan membaca. Kalau sudah seperti ini, tinggal orang tua yang menyediakan sarana membaca, misalnya menyiapkan anggaran untuk membeli buku atau membawa mereka ke perpustakaan.  Ketoko buku, adalah kegiatan yang menyenangkan Sejak menutup tivi 5 tahun yang lalu, praktis tiap bulan harus ada anggaran buat membeli buku, meski beberapa buku yang kami beli sesuai anggaran itu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan membaca mereka. Kalau sudah begini ke perpustakaan atau ke toko buku sekedar nebeng baca sih oke aja. Toko buku menjadi tempat refres akhir pekan yang sangat mengasyikan bagi anak-anak.  Bahkan pernah, karena suatu kebutuhan, saya harus belanja di pusat perbelanjaan. Anak-anak meminta tempat

Game Level 5 Hari ke 9

Membangun budaya literasi memang tak mudah, tapi bukan tak bisa. Bukan juga diukur dari cepat-cepatan anak bisa membaca, tapi stimulasi yang tepat dan lingkungan yang mendukung.  Masih ingat banget bagaimana masa kecilku dulu, hingga akhir kelas 2 SD masih belum bisa membaca. Alhamdulillah, punya guru SD yang sabar dan tidak menjadikan kecepatan membaca sebagai satu-satunya dasar penilaian sehingga tak bisa baca pun masih naik kelas. Di rumah, kedua orang tua juga tidak panik, marah dan memaksa belajar membaca. Yang kurasakan adalah Bapak yang tetap rajin mendongeng di malam hari sebelum tidur juga aneka buku dan majalah yang akhirnya menjadi motivasi untuk semangat belajar membaca. Berdasarkan pengalaman masa kecil itulah, stimulasi membaca kuterapkan pada anak-anak. Mendongeng atau bercerita kemudian membacakan buku hingga akhirnya mereka tertarik membaca buku, meski anak-anak lebih cepat bisa membaca buku dibanding bundanya. Budaya literasi juga kami bangun tidak sebata

Game Level 5 Hari ke 8

Kangen juga dengan ritual membacakan buku sebelum tidur, sejak bisa membaca buku sendiri sesekali masih ada ritual ini, tapi akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi. Malam ini kucoba lagi membacakannya sebuah buku, serial lima sekawan yang kuambil acak dari rak buku.  Serial lima sekawan adalah serial favorit bundanya waktu kecil dulu. Serial buku yang dihadiahkan teman Abinya itu tak ada yang menyentuh pada awalnya. Bunda berusaha mempromosikan serunya buku itu, kadang dengan sedikit menceritakan sinopsisnya.  Tak butuh waktu lama, si mbak segera mencobanya dan langsung suka. Bahkan sekarang entah sudah berapa kali dibaca ulang. Giliran si adek nih, pikir bunda... Barangkali tidak akan langsung suka, karena buku tersebut jarang ada gambarnya, sementara untuk anak seusianya lebih suka buku bergambar yang komposisi tulisannya lebih sedikit. Tapi tak apalah, dikenalkan dengan cara dibacakan. Bersiap dengan posisi nyaman ditempat tidur, bunda pun mulai membacakan buku den

Game Level 5 hari ke 7

Karena kemarin tidak jadi membacakan buku padanya, hari ini bunda berencana membacakan buku. Ada "Why" baru yang dibeli bulan lalu dan dibawa kakak-kakaknya ke asrama tahfihz, libur sabtu ahad kemarin dibawa pulang kembali. Tergeletak begitu saja di karpet ruang serba guna rumah kami.  Ruang serba guna karena hanya itu ruangan di rumah selain kamar tidur. Kadang jadi ruang tamu, tempat makan, tempat belajar dan malam harinya bisa jadi ruang tidur. Baru beberapa halaman di bacakan, dimintanya buku itu untuk dibaca sendiri. Enak kan baca sendiri sih, katanya.  Dan memang sejak bisa membaca sendiri ,  rasanya sudah tidak nyaman lagi dibacakan buku. Baiklah Selesai baca Why lanjut diambilnya komik conan dan beberapa komik yang lain. Ayo kita membaca buku masing-masing. #bundasayang #ibuprofesional #for things to change, I must change first

Game Level 5 hari ke 6

"Hari ini aku nggak mau baca buku, capek," katanya tiba-tiba. Seketika hati bunda menciut, aduh dek .......ntar pohonnya tidak subur dengan daun yang rimbun lho. Tapi itu dalam hati saja. Dengan tenang bunda katakan bahwa tidak mau membaca juga tidak mengapa, nanti bunda yang akan membacakan buku buatnya. Tantangan ini pun bukan sekedar merimbunkan pohon dengan daun buku bacaan, tapi sebuah proses menstimulasi anak suka membaca dan membangun budaya literasi dalam keluarga, jadi apapun tetap dalam kondisi fun, happy dan tanpa paksaan. Menstimulasi, menumbuhkan dan membangun bukan pekerjaan ringan meski bukan berarti tidak bisa, maka tetap dibutuhkan kesabaran dan konsisten merawat kesadaran. Jadi tidak instan dalam beberapa hari saja. Ah barangkali dia tidak enjoy dengan kegiatan ini, bunda mencoba mengevaluasi. Barangkali terasa sebagai beban baginya? Atau karena ada target dengan pohon literasi? "Maaf ya Dek, kalau kegiatan membaca ini membuat adek

Game Level 5 hari ke 5

"Aku baca komik aja lagi ya Bun." Kali ini dia memilih komik Conan. Seru sih begitu alasannya.  Ya sudahlah....apapun yang penting membaca. Benar nggak ya...., pengennya sih baca buku yang bermutu gitu, tapi komik masih lebih menarik baginya, meski bunda juga menyediakan komik yang berkualitas dan islami. Tapi, karena sedari awal tidak memberi batasan buku yang mesti dibaca ya sudahlah.  Dulu Bunda maupun Abi juga suka baca komik. Koo Ping Hoo lagi.... juga komik silat lainnya seperti si Buta dari Goa Hantu, dll. Jadi ketahuan kan tahun berapa masa kanak bunda. Komik warisan kakak-kakaknya itu sudah berulang kali hendak bunda masukan kardus untuk di eliminasi dari perbukuan di rumah. Tapi berkali juga anak-anak menahannya. Sayang katanya. Lha mereka kalau baca buku, meski sudah berulang kali dibaca masih nggak bosen tuh. Seri Lima Sekawan bahkan sudah lebih dari 5 kali dibaca ulang. Eh...bunda dulu juga suka begitu sih, mengulang buku bacaan favorit, apalagi kalau

Game Level 5 Hari ke 4

Bacaan apa yang menarik bagi anak-anak tentu tidak bisa dipaksakan. Anak-anak akan lebih menyukai buku dengan gambar yang menarik apalagi jika berwarna menarik juga. Demikianlah, meski sejak awal mewanti-wanti bahwa buku yang akan dibuat daun pada pohon literasi kelak adalah buku selain komik, si anak langsung protes. Kembali pada kesepakatan bahwa kami tidak membatasi bahan bacaan, maka komikpun menjadi bahan bacaan yang sangat disukai di rumah. Ada banyak komik macam Conan, Doraemon, Mikko dan semacamnya peninggalan kakak-kakaknya. Juga kesepakatan bahwa Bunda tidak akan membelikan komik semacam itu, sehingga sedikit mengurangi komik semacam itu tapi tetap tidak mengurangi kesukaan akan komik tersebut.  Untuk komik Jepang seperti diatas, mereka membeli dengan uang saku sendiri. Maka, dalam daftar bacaan masih banyak dihabiskan untuk membaca komik-komik tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada hari ini, pilihan bacaan sikecil jatuh kembali pada koleksi komik J

Game Level 5 Hari ke 3

Kesibukan di akhir pekan hari ini hanya sempat mampir rumah buat makan siang dan sholat dhuhur. Alhamdulillah, Abi libur tiap sabtu jadi kami saling menggantikan  Anak-anak juga sedang liburan pekanan dari asrama tahfizh, ngumpul di rumah.  Sebenarnya literasi di rumah kami tidak hanya membaca buku, nonton film yang kami pilih dengan pertimbangan tertentu juga jadi sarana literasi. Hampir semua hobby nonton disamping membaca buku. Maka, ketika sepakat tidak ada tivi di rumah, aktivitas kami seputaran, membaca, nonton, bermain sains, masak bersama, jalan-jalan di alam terbuka atau anak-anak diangkut dan nempel di pengajian Abi - Bundanya. Begitu pulang sebentar tadi siang, si bungsu sudah siap dengan laporannya. "Bunda, aku sudah baca buku lho.. seri si Alif yang judulnya Ibadahnya Alif." Woaa.... Bunda malah belum sempat membaca buku hari ini. Bagaimana bisa jadi teladan anak-anak kalau begini. Eh tapi....menstimulasi anak suka membaca sampai de

Game Level 5 Hari ke 2

Mencoba menilik lagi kebelakang, dari ke 7 anak memang mayoritas suka membaca. Meski yang dua di awal tak segila baca seperti adik-adiknya. Bahkan yang nomer 2 boleh dikata kurang dalam membaca buku. Tapi melihat 5 anak lainnya, kami cukup bahagia dengan aktifitas membacanya, tinggal mengali potensi menulisnya. Rumah munggil kami memang penuh buku, bahkan jika anak-anak ngumpul di rumah Buku-buku itu bertebaran dimana-mana. Sejak suka membaca koreksian tugas atau hasil ulangan siswaku di sekolah ke rumah. Suami sengaja meletakkan meja kecil di kamar. Hingga kini meja itu tak juga digunakan untuk bekerja, tapi menampung beberapa buku yang sedang kami baca.  Meletakkan buku di tempat-tempat terlihat dan terjangkau, cukup sebagai stimulasi untuk menumbuhkan minat baca. Meja di kamar kami yang penuh tumpukan buku yang sedang dibaca Di hari kedua ini, bunda masih membaca buku yang sama dengan kemarin. Cukup menarik karena sesuai dengan minat dan profesi. Sayang fo

Game level 5 hari ke 1

Kami dan Buku Memulai lagi program keluarga untuk game ke 5 ini. Menarik.... Bakalan jadi game favorit bagi kami, Menjadi teladan membaca, membudayakan membaca dalam keluarga dan memiliki waktu khusus membaca di keluarga. Meski sebelum game ke 5 ini, budaya membaca sudah tak asing di keluarga kami Tapi belum terprogram dengan rapi Membaca...membaca....membaca...begitu saja. Mengapa menulis membaca sampai tiga kali, karena sebagian besar anak-anak boleh dibilang "suka pakai banget" membaca, di waktu yang tidak tentu di mana saja ketemu buku. Dengan game ke 5 ini akan menjadi moment yang tepat untuk menjalin kebersamaan, mendiskusikan bahan bacaan dan melatih kemampuan literasi yang lain.  Juga sebagai pelecut kami, orang tua yang sudah mulai kendor dari kegiatan membaca. (tutup muka) Hari ini, kami belum membuat pohon literasi, meski sudah diskusikan dengan anak-anak dan mereka akan sangat senang mempunyai pohon literasi.  "Ayo Bunda, ak