Mencoba menilik lagi kebelakang, dari ke 7 anak memang mayoritas suka membaca. Meski yang dua di awal tak segila baca seperti adik-adiknya. Bahkan yang nomer 2 boleh dikata kurang dalam membaca buku.
Tapi melihat 5 anak lainnya, kami cukup bahagia dengan aktifitas membacanya, tinggal mengali potensi menulisnya.
Rumah munggil kami memang penuh buku, bahkan jika anak-anak ngumpul di rumah
Buku-buku itu bertebaran dimana-mana.
Sejak suka membaca koreksian tugas atau hasil ulangan siswaku di sekolah ke rumah. Suami sengaja meletakkan meja kecil di kamar. Hingga kini meja itu tak juga digunakan untuk bekerja, tapi menampung beberapa buku yang sedang kami baca.
Meletakkan buku di tempat-tempat terlihat dan terjangkau, cukup sebagai stimulasi untuk menumbuhkan minat baca.
![]() |
Meja di kamar kami yang penuh tumpukan buku yang sedang dibaca |
Di hari kedua ini, bunda masih membaca buku yang sama dengan kemarin. Cukup menarik karena sesuai dengan minat dan profesi.
Sayang font hurufnya terlalu lembut sehingga mata yang mulai menua dan kehilangan kaca mata ini mengurangi kecepatan membaca.
Alhasih, bunda belum beranjak dari buku yang satu ini.
Semetara si anak, hari ini sudah menyelesaikan dua buku : Tono dan Tini, buku kecil berhalaman 38 itu langsung selesai sekali baca. Bahkan kami sempat mendiskusikan isi buku. Tentang kegigihan Tono dan Tini berwirausaha untuk membantu ekonomi keluarga.
Buku ke dua, Allah Tuhanku dari Rumah Pensil karya Kak Eka Wardhana.
Buku hard cover ini berisi hampir 100 halaman dan si kecil masih memilih bagian-bagian tertentu yang disukainya.
![]() |
Buku ke dua literasi anak bungsu hari ini |
#bundasayang
#ibuprofesional
#for things to change, I must change first
Komentar
Posting Komentar