Langsung ke konten utama

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

   


Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in.

Check-in, Cuaca dalam Keluargaku


Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa.

Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, kami terbiasa rumah yang ramai dengan celoteh dan kegiatan anak-anak. Namun, sekarang semua sudah beraktivitas di luar kota.

Untuk menjaga keterhubungan kami masih sering ngobrol kok dengan anak-anak meski secara online. Tidak bisa setiap hari sih, karena jatah hape mereka juga tidak setiap hari. Biasanya tiap akhir pekan kami video call bareng. Atau yang tidak mendapat jatah hape android ya ngobrol biasa pakai hape tulalit.

Mbak Ayu menggambarkan keluarganya seperti cuaca yang sedang panas, karena lagi pada sibuk semua. Suaminya sedang banyak pekerjaan dengan tenggat waktu yang sempit dan kesibukan keluarga lainnya. Sementara Mba Caca, menceritakan keluarga saat ini seperti cuaca yang sedang cerah berawan karena meski sedang bahagia, keluarga juga lagi terpisah pada berbagai kota.

Keluarga itu Kerumunan atau Tim


Selanjutnya kami diskusi tentang keluarga. Dengan ilustrasi pasar dan permainan sepak bola kami diminta berdiskusi untuk membedakan keduanya. Hasil diskusi sebagai berikut:

Pasar
  1. Punya tujuan, tapi masing-masing
  2. Ada tata nilainya yaitu kesepakatan jual beli
  3. Bergerak meski masing-masing
  4. Bersuara dengan kehendak pribadi
Sepak bola
  1. Mempunyai tujuan bersama
  2. Adanya tata nilai yang dirumuskan bersama dan ada kesepakatan untuk menjalankannya
  3. Gerak yang dilakukan terkoordinasi
  4. Adanya komunikasi yang produktif

Dari jabaran di atas bisa dibedakan antara pasar dan sepak bola. Pasar adalah kerumunan dimana masing-masing punya tujuan sendiri, gerak sendiri, dan bersuara sesuai kepentingannya sendiri. Sementara sepak bola merupakan tim, dimana semua bergerak berdasarkan tata nilai dan kesepakatan untuk tujuan bersama.

Keluargaku adalah tim


Percaya diri amat? Iyalah…! Berkeluarga bukan sekedar tinggal bersama dalam suatu rumah dengan suami dan anak-anak. Hanya bertemu secara fisik lalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Keluarga idealnya adalah tim, yang sejak awal mempunyai tujuan yang disepakati untuk diwujudkan. Tata nilai dalam menjalankan biduk rumah tangga, bergerak bersama untuk mencapai tujuan, dan melakukan komunikasi yang intens.

Keluarga sebagai tim adalah dambaan, tapi tidak akan pernah ada tanpa usaha untuk mewujudkannya.

Membangun tim itu dimulai ketika akan memilih pasangan, seperti apa keluarga itu nantinya berawal dari sini. Sejak pertama akan menikah, kami memilih untuk menikah dalam dakwah artinya pernikahan kami nantinya, anak-anak yang diamanahkan adalah dalam rangka mengagungkan nama Allah. Maka kami menikah untuk saling menguatkan dakwah dari individu menjadi pasangan dan tim yang kuat.

Jangan berekspektasi dakwah itu ceramah dari mimbar ke mimbar. Dakwah bagi kami adalah menyeru dan mengagungkan Asma Allah dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di lingkungan, maupun di tempat kerja. Oleh karena itu visi keluarga kami adalah: Menjaga diri dan keluarga dari api neraka, lalu visi ini bergeser lebih dalam lagi saat ini menjadi: Keluarga yang dicintai Allah karena cintanya kepada Allah.

Misi keluarga kami adalah sebagai abdullah dan khalifatullah. Sebagai abdullah terimplemasikan dalam ibadah baik mahdhah maupun ghairu mahdhah. Sementara sebagai khalifatullah, dengan menjadi sebaik-baiknya insan dan menjalankan nilai-nilai kebajikan kepada sesama makhluk.

Cara Hartono Family Membentuk Tim


Nama tim kami Hartono Family, sejauh ini masih berlaku dan belum berniat ganti nama. Selain punya visi misi dan tujuan yang hendak dicapai, Hartono Family bergerak bersama dalam mewujudkan. Saat ini project jangka panjang kami adalah menjadi keluarga cinta Qur'an. Dulu harapan kami dari 7 anak adalah salah satu yang hafizh Qur'an. Alhamdulillah dapat bonus 4 hafizh Qur'an.

Ritual keluarga untuk tetap pada koridor visi, misi dan tujuan adalah komunikasi, ngobrol bareng. Dulu kami biasa membuat halaqah keluarga setiap pekan. Saat ini ketika semua ada sudah berdiaspora, kami usahakan untuk halaqoh mesti tidak bisa tiap pekan. Minimal satu bulan sekali ada. Gantinya kami tetap ngobrol bareng tiap akhir pekan.

Tinggal berdua suami, selain ngobrol nggak penting tiap hari. Secara khusus kami membuat momen memperdalam hadits atau ilmu agama lain dengan membaca kitab. Beberapa bulan ini kami sedang mengkaji kitab Riyadhus Shalihin. Meski judulnya mengkaji, tetap seru sih. Karena dari hadist bisa lanjut ngobrol tentang kejadian sehari-hari di rumah atau tentang anak-anak.

Apakah keluarga sudah menjadi tim. Sudah! Apakah sudah A home team? Sedang menuju ke sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga merefleksi

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b
NICE HOME WORK #5 🌿Desain Pembelajaran Ada berjuta rasa, diantaranya adalah rasa semakin belajar semakin merasa  banyak hal yang belum kita ketahui, semakin membuat kita kecil bukan apa-apa. Namun satu hal yang jadi pegangan dalam mendidik anak adalah tidak mudah “Baper”... Heuh, di era ilmu parenting yang lagi marak, juga informasi yang luar biasa ini, apa pun dengan mudah kita serap dan ketika idealisme tak sesuai dengan realita lalu baper dan alih - alih mendidik dengan baik malah jadi menekan anak dengan sukses. Seperti status fb mbak Yeti Widiati juga Pak Adriano Rusfi yang kucoba bahasakan dengan versiku :  Saat melihat Musa hafidz Qur’an diusia belia, Ayo Nak...hafalan Qur’an biar seperti Musa Melihat Izzan yang lulus SBNPTN diusia muda di Universitas keren ITB, Ayo Nak, belajar yang rajin biar masuk sekolah keren seperti Izzan Ayo Nak, belajar menulis biar jadi penulis keren.. Ayo Nak….bla...bla...bla… Kita orang tua, kemudian mengayal kapan anakku sepe