Langsung ke konten utama

Melihat Lebih Dalam Lagi Akar Masalah


Menemukan akar masalah


Assalamu'alaikum Ibu Pembelajaran. Sebuah masalah apakah benar-benar jadi masalah maka perlu ada pengujian. Dalam hal ini langkah yang harus ditempuh oleh sebuah tim adalah memperdalam akar masalah sehingga menemukan core problem statement. Apa saja langkah-langkahnya? Yuk kita simak.

Ada beberapa langkah yang harus kami lakukan dalam dua pekan ini, maka sebelum berlanjut kami menyepakati timeline kerja tim terlebih dahulu. Kembali ke golden rules, semua harus komitmen dan konsisten mengambil perannya. Kami akhirnya menerapkan:
  1. Tanggal 5-9 : Starbursting
  2. Tanggal 10-11: Menggali informasi dari yang terdampak
  3. Tanggal 12-13: Analisa 360°
  4. Tanggal 15-16: Cek on SDG's

Starbursting untuk memperdalam akar masalah

Starbursting merupakan bentuk brainstorming yang berfokus pada pertanyaan - pertanyaan sebelum jawaban.

Starbursting adalah salah satu cara diskusi atau curah pendapat yang berfokus pada pertanyaan-pertanyaan hingga akhirnya menemukan jawaban yang bisa menjadi sebuah pertanyaan suatu inti masalah.

Cara starbursting pada tim kami, leader mengajukan pertanyaan - pertanyaan dan kami akan menjawab dengan berbagai alternatif jawaban. Pertanyaan yang diajukan memenuhi kaidah 5W + 1 H yaitu What, When, Where, Who, Way dan How. Selama 5 hari diskusi kami seputar starbursting ini hingga akhirnya ditemukan probatante.

What who how



Daftar pertanyaan Why dalam starbursting

Mengapa anak lebih asyik beraktifitas dengan perangkat digital?
Karena perangkat digital menyediakan berbagai hiburan yang di sukai anak seperti game dan film  Mengapa game merupakan hiburan yang disukai anak? 

Daftar pertanyaan What


Karena anak merasa memiliki power ketika bisa memilih atau meninggalkan game bila ia tidak suka. Game juga selalu update alias diperbaharui, jadi tidak bosan memainkannya , efek dopamin saat memainkan game juga membuat anak asik memainkannya. Dan ini bila dibiarkan bisa membuat adiksi, yang tentu saja membahayakan bagi anak. 

Mengapa adiksi bisa berbahaya?
Karena bila dopamin tinggi, sementara kemampuan kontrol anak masih rendah, maka anak tak mampu mengontrol dirinya.

Mengapa perangkat digital harus kita takuti? 
Karena di balik manfaatnya juga terdapat sisi negatif yg dikhawatirkan seperti pornografi, agresi, budaya yang tak sesuai nilai agama, pengaruh dari sisi kesehatan juga. Seperti obesitas, gangguan penglihatan . Relasi sosial pun terhambat -kenapa pornografi, agresi dan budaya yang selaras dengan nilai dapat berbahaya,  peningkatan kejahatan seksual, agresifitas sejak dini akan mempengaruhi kenyamanan kehidupan bermasyarakat 

Mengapa obesitas dan gangguan penglihatan dapat membahayakan anak? 
Obesitas mengakibatkan tingginya risiko DM penyakit kardiovaskuler (jantung) pada anak. Selain itu gangguan penglihatan dini seperti miopia (mata minus) sehingga prestasi belajar menjadi menurun.

Mengapa banyak orang tua yang gelisah ketika anaknya banyak melakukan aktifitas di depan perangkat digital? 
Karena aktifitas fisik terhambat perkembangannya -kenapa aktifitas fisik terhambat perekembangannya anak cenderung tidak bergerak selama mengakses perangkat digital, risiko obesitas dan penyakit DM menjadi tinggi pada anak. 

Mengapa anak gelisah/uring-uringan jika lama tidak menggunakan gawai? 
Karena sudah kecanduan, keinginannya menikmati gawai di larang - ada efek gawai pada sistem syaraf dan meningkatnya dopamin dalam tubuh.

Mengapa sebaiknya ada aturan bagi anak dalam mengakses perangkat digital? 
Agar tetap seimbang dalam memanfaatkan teknologi, jangan sampai teknologi yang mengendalikan. Menghindarkan anak dari pengaruh negatif perangkat digital, menghindarkan anak dari kecanduan dan supaya pertumbuhan anak tetep sesuai usia (BB dan TB)

Pertanyaan why starbusting



Probstate tim


Penggunaan perangkat digital (hp, pc, televisi) pada anak pra Aqil Baligh yang tidak sesuai dengan kebutuhan screen time-nya menimbulkan pengaruh negatif. Orang tua dan anak berupaya bijaksana dalam penggunanya agar dapat diperoleh kebermanfaatan penggunaan perangkat digital tersebut.

Menyelami masalah


Setelah core problem statement disepakati oleh tim maka kami melanjutkannya dengan memperdalam masalah. Ada dua langkah yang kami lakukan dalam tahap ini.

Mengumpulkan informasi baru tentang masalah

Melakukan Survey pada orang yang terdampak

Yang kami lakukan adalah menggali data dari orang atau sumber yang terdampak dengan masalah ini. Jadi kami membuat survey penggunaan gawai pada anak. Survey yang pertama kami tujukan pada para orang tua. Sebanyak 101 responden memberikan tanggapan yang ternyata 74% responden merasakan dampak penggunaan gadget terhadap perilaku anak. Sedangkan conten yang sering diakses oleh anak menurut orang tua 71% nya adalah youtube.

Belum puas dengan hasil ini kami mencoba membuat survey pada anak-anak sebagai pengguna gadget dan hasilnya sebanyak 46 anak memberikan tanggapan bahwa gadget yang sering mereka pakai adalah handphone. 

Hasil survey pengunaan gawai



Silaturahmi dengan para ahli:


Nah kali ini teman-teman dalam tim bergerak cepat dengan menghubungi para narasumber yang kompeten dengan masalah ini. Saya sendiri langsung ikut dua seminar online yang membahas tentang penggunaan gadget ini. Salah satunya yang dibawakan oleh tenaga ahli kesehatan mental. Dan ternyata, efek kecanduan gadget ini sangat luar biasa. 

Bertemu dengan ahlinya

Menggunakan passion untuk mendalami masalah


Di sesi ini kami juga bergerak cepat mengumpulkan berbagai informasi seputar masalah kami. Hasilnya ada teman yang suka menonton mendapatkan link youtube, yang suka baca mengirimkan link jurnal dan kami saling berbagi informasi.

Cek on SDG's


Setelah cukup bekal dan referensi akhirnya kami mendiskusikan problem statement kami dengan melihat apakah masalah kami ada dalam SDG's. Ada beberapa pilihan yang membuat galau, termasuk di bagian manakah masalah kami? Ada 3 point yang masuk:
  1. Pendidikan berkualitas
  2. Kesehatan
  3. Kesetaraan gender

Akhirnya melihat lebih dalam lagi hampir 50% problem statement kami masuk dalam pendidikan. Sehingga kami sepakati bidang kami adalah pendidikan.
 

Penutup

Setelah melakukan diskusi step by step akhrnya kami semakin yakin dengan masalah yang akan kami jadikan problem statement. Sebenarnya diskusi kami belum final, tapi ada agenda questival kemerdekaan sehingga diputuskan membuat jurnal apa adanya dulu. Sampai hari ini dan hingga nanti materi selanjutnya kami masih mendiskusikan core problem statement dan masih berusaha mengali sebanyak-banyaknya informasi dengan membaja jurnal, mengikuti kulwab dan menonton. Demikian proses dalam tim rumah bijak digital sehingga kami dapat menemukan akar masalah.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Master Mind and False Celebration Rubi Digi

Di ujung tapi bukan akhir dari segalanya karena tim ini bertekad untuk tetap ada meski masalah pribadi sudah menemukan solusi. Harapannya tim kami bisa memberi manfaat kepada masyarakat luas dan usai kelas Bunda Saliha ini kami siap masuk ekosistem.  Nah di ujung kelas Bunda Saliha, meski protokoler sudah dinyatakan lulus dan melakukan selebrasi pada puncak satu dekade Ibu Profesional di akhir Konferensi Ibu Pembaharuan ( KIP) tanggal 22 Desember lalu, sejatinya tak ada istilah usai dalam perjuangan tim kami, agar tetap menjadi bagian dari ekosistem ibu pembaharu. Pada kesempatan kali ini, kami akan melakukan selebrasi yang sebenarnya, sebuah koreksi atau evaluasi atas perjalanan kami sebagai anggota sebuah tim maupun kinerja tim itu sendiri. Bisa jadi ini adalah false celebration , namun ini menjadi momen penting agar kami bisa lebih baik lagi kedepannya.  Master Mind and False Celebration : Self Assessment Self assessment, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh member tim un...