Langsung ke konten utama

Bunda : Manager keluarga

NHW#6

Bunda : Menjadi Manager Dalam Rumah Tangga


ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala  berfirman :

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan usianya mencapai empat puluh tahun, ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat ENGKAU yang telah ENGKAU berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang ENGKAU ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang2 yang berserah diri.”” (Al-Qur’an, Surat Al-Ahqaf, ayat 15).

Mengawali NHW#6 ini dengan penggalan ayat Al-Qur’an ini sebagai pengingat diri, bahwa diusia yang tak lagi muda ini, bukan jalan pelan asal nyampe lagi falsafahnya, tapi jalan cepat bahkan berlari agar waktu yang tak seberapa ini bisa di manfaatkan dengan baik.

Dan sungguh, meski sudah menduga sebelumnya, kuliah Matrikulasi IIP ini salah satunya pasti membahas ini, tetap saja merasa nampol banget ketika mendapat tugas ini.

Sekali lagi tentang waktu, yang Allah SWT bersumpah atasnya.
Sebagai ibu dengan usia sudah diatas 40 tahun, harusnya sudah lihai mengatur waktu, mengatur segala urusan dengan baik.
Tapi apadaya justru diusia ini malah baru belajar.

Baiklah, tak guna meratap dan menyesal
Lebih baik segera berubah, karena apapun ilmu yang diserap sebanyak apapun tanpa amal seperti pohon yang tak mampu menghasilkan buah apatah lagi menyebarkan benih baru.

Membuat jadwal harian, membuat skala prioritas bukan hal baru lagi, seingatku sejak smp sudah terbiasa.
Dan tetap berlanjut hingga kuliah serta bekerja bahkan hingga saat ini.
Tapi sekedar membuat jadwal itu perkara mudah.
Yang sulit adalah Istiqomah di atas jadwal tersebut dan mengalahkan segala rasa malas serta banyaknya alasan.
Pepatah jawa mengatakan “alas kuwi ombo, neng isih ombo alasan”

“Coba sekali-kali spotan gitu, gak pake rencana-rencana segala, hidup kok kaku gitu.”
Sering komentar ini disampaikan teman yang secara tiba-tiba ngajak jalan atau apa.
Aku memang tidak suka mengerjakan sesuatu serba dadakan.
Meski untuk hal yang luar biasa, tak bisa dihindari ya gimana lagi. Harus dimasukan adalah agenda mendesak dan mendadak yang harus merevisi jadwal yang sudah ada.

Selain skala prioritas yang sudah disepakati
Menilai manfaat dan efek dari suatu aktifitas juga salah satu pertimbangan dalam memilih agenda yang akan dikerjakan.
Serta satu lagi, berani berkata “Tidak” dan lupakan rasa “nggak enak deh”

Maka ketika merasa kok semua penting ya….
Kok semua banyak manfaatnya ya...
Jadi ingat gambar ini
Bagiku,
Saat ini, diusia ini dengan penuh pertimbangan serta sejalan juga dengan ridho suami dan mendapat fasilitas dari beliau
Tiga aktivitas yang prioritas adalah:
  1. Ibadah
  2. Dakwah
  3. Anak-anak
Ibadah menjadi aktifitas harian yang jadi prioritas utama dengan alasan,
Ketika selesai urusan kita dengan Allah maka Allah akan menyelesaikan urusan kita dengan mahklukNYA.
Pun dengan anak-anak,
Kuatnya hubungan kita dengan Allah yang menguatkan hubungan kita dengan makhluk Allah.

Dakwah menjadi prioritas kedua, dengan alasan kita adalah : “Nahnu du’at qobla kulii syai’in”  : kita adalah penyeru sebelum apapun
Bentuk dakwah itu tak harus keluar rumah menjadi daiyah, ceramah sana-sini, segala aktifitas yang menyeru kepada kebaikan adalah dakwah.
Kegiatan mengajar di sekolah, melingkar dalam majelis dan membina serta memperdalam ilmu masuk dalam agenda ini.

Anak-anak, kok nomer 3.
Untuk saat ini anak-anak sudah 80% melewati masa akil baliq. Tinggal dua yang masih didampingi dengan intensif meski tak seluruh waktu untuknya.
Diusia 10 tahun dan 7 tahun sudah mandiri untuk urusan pribadi , bonding tetap ada tapi tak sepanjang waktu.

Pekerjaan rumah bukan aktifitas prioritas juga bukan hal yang sepele.
Mubah kami mengistilahkan.
Kesepakatan dengan suami demikian, sejak dulu. Ketika tidak ada ART, beliau turut membantu.
Rumah berantakan, nanti kalau yang prioritas utama selesai dan ada waktu baru dibereskan.

Sebenarnya bukan “aku banget” ketika belum menikah.
Rapi dan terorganisir, tapi setelah hidup bersama anak berbilang dua jari yang ada ditangan di kurang 3.
Standar bersih, rapi dan teratur diturunkan hingga tinggal 70%.

Sampai saat ini, beberes rumah dilakukan malam menjelang tidur dan aktifitas lain selesai atau anak-anak sudah puas main dan belajar.
Pembersihan massal, dan beberes merapikan barang per 3 bulan. Biasanya waktunya dipaskan liburan tengah semester, libur semester, menjelang ramadhan.
Anak-anakpun suka hati terlibat didalamnya.
“Rumah jadi baru”, kata mereka hanya karena letak perabot yang digeser-geser ketika sudah bosan dengan tata letaknya.
Ini karena Bundanya suka meletakkan sesuatu sesuai kategori sehingga mudah dalam pencariannya nanti.

Memasak, juga bukan prioritas. Alhamdulillah suami bahkan cukup nikmat dengan masakan yang ala kadarnya.
Simple dan praktis.
Titik tekannya pada apa yang anak-anak butuhkan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Jadi memasak sekedar untuk memenuhi keinginan anak-anak mencoba resep baru atau membuat cemilan yang mereka suka.

Sisanya, urusan belanja keperluan dapur,  memasak, mencuci dan sertika segaja kami serahkan ke art yang sudah membersamai kami sejak anak ke 6 bayi.
Art kami bekerja paruh waktu, jadi ketika 3 aktifitasnya selesai, beliau pulang.
Sisanya, kami bekerja sama menyelesaikan.
Suami meski sering pulang malam, karena aktifitas dakwahnya, tak segan menyelesaikan pekerjaan rumah, membersihkan kamar mandi, menguras bak mandi jadi rutinitasnya.
Untuk perbaikan, hampir semua mengandalkan suami.
Anak-anak meski masih kecil mendapat tugas masing - masing sesuai dengan kemampuannya.

Tiga aktifitas yang tidak penting
  1. Media online
  2. Tiduran, goleran dengan alasan meluruskan punggung sambil buka medsos.
  3. Ngobrol dengan teman
(Meski jarang sih, tapi kalau sudah ketemu biasanya susah lepas dari yang satu ini).

Aktifitas yang selama ini banyak menghabiskan waktu.
Di 3 aktifitas prioritas dengan rincian

  1. Ibadah , untuk semua yang sudah dijadwalkan per satu hari membutuhkan waktu : kurang lebih 4 jam. 2 jam di pagi hari, 1 jam di siang hari dan 1 jam di malam hari

  1. Dakwah: Di sekolah 6 jam / 4 hari, Senin-Kamis. Melingkar 2-3 jam/ pekan. Mengisi halaqoh: 2-3 jam/pekan dalam 3 hari, Jum’at-Ahad. Mengkaji Qur’an : 2 jam/pekan. Mengkaji Hadist: 1,5 jam/ pekan. Rapat dan adenga lainnya : 1-2 jam / pekan. Membaca buku dan belajar lainnya: 1-2 jam/ hari

  1. Anak-anak : Menyiapkan kurikulum, menemani belajar dan bermain, melakukan percobaan sains, craf, dan kegiatan outdoor : 3-4 jam / hari

Berikut jadwal harian

Waktu
Aktifitas
1.04.00-06.00
Beberes pribadi
Qiyamul lail
Tilawah
Istirahat
Sholat subuh
Dzikir pagi
2. 06.00-07.00
Menyiapkan sarapan praktis
Persiapan ke Sekolah
3. 07.00-13.30
Perjalanan ke Sekolah
Mengajar
Istirahat untuk sholat Dhuha
Ada jam kosong untuk koreksi atau mengerjakan tugas lainnya atau baca buku kadang ngitip medsos juga sih
Sholat dhuhur
Untuk hari Senin - Kamis
4. 07.00-13.30
Olah raga
Dhuha time
Baca buku dan belajar
Aktifitas bersama anak
Membereskan catatan keuangan sepekan
Menyusun menu untuk sepekan
Mengisi halaqoh
Sholat dhuhur
Untuk hari Jum’at, Sabtu dan Ahad
5. 13.30-14.00
Perjalanan pulang
6. 14.00-15.30
Lanjut tilawah
Istirahat
Hp time
Atau tiap 3 hari sekali mampir rumah tahfidz ngajar anak2 tahfidz pelajaran umum, sains dan ketrampilan
Sambil nenggok anak yang di rumah tahfidz .
Atau jika ada agenda melingkar di waktu ini tiap pekan sekali.

Tahsin: 1 kali/ pekan
7. 15.30-16.30
Perjalanan pulang ke rumah
Sholat ashar
Dzikir sore
8.16.30- 18.00
Olah raga atau
Aktifitas outdoor disekitar rumah bersama anak-anak atau
Kajian hadist : 1 kali/ pekan di hari Jum’at
Arisan komplek sebulan sekali sebagai sarana silaturahmi
9. 18.00-19.00
Bebersih diri
Menyambut suami pulang ketika tak ada aktifitas diluar rumah
Sholat maghrib
10. 19.00-19.30
Mempersiapkan makan malam
Makan malam
11. 19.30-20.30
Sholat Isya
Ngobrol dengan suami dan anak-anak
12. 20.30-21.30
Belajar bersama anak-anak
Membacakan buku
Atau bercerita
13. 21.30-22.30
Hp time
Beberes rumah
Sholat witir
Persiapan tidur
14. 22.30-04.00
Tidur
Tentatif
Mengisi pelatihan guru di Sit Nurul fikri tiap hari sabtu/ 1 bulan
Mengikuti hlq jama’i di Sit Nufi dan diskusi program/1 bulan
Mengikuti musyawarah guru (Mgmp) per 1 bulan
Konselor di RKI, ketika ada yg akan konsultasi
(Dengan janjian dl)
Mengisi majelis ta’lim
Baksos atau rapat
Silaturahmi
Workshop , seminar atau pelatihan parenting dan yang terkait dengan pendidikan

Jadwal ini turunan dari jadwal bulanan dan pekanan
Tiap pekan sekali mengevaluasi jadwal kegiatan harian dan menyusun jadwal harian

Harapan terbesar, semoga mampu Istiqomah dengan jadwal yang sudah dibuat bukan sekedar tulisan tanpa makna.

-------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Catatan Tentang Rumah Bijak Digital

Tentang Tim Rumah Bijak Digital bisa disimak di link video berikut ini. Tentang Rumah Bijak Digital Semua kegiatan tim rumah bijak digital , terekam dalam catatan di website kami ini. Sepenggal Catatan Rubi Digi Ketika awal kuliah Bunda Saliha dimulai, tak terbayangkan bakal seperti apa nantinya. Meski kepingan puzzle perkuliahan sedikit tergambar, namun seperti apa gambar yang terukir dari susunan puzzle itu sama sekali tak terduga. Sampai akhirnya kini susunan puzzle itu mulai terlihat bentuknya. Mengawali masa perkuliahan Bunda Saliha ketika pandemi gelombang kedua dimulai. Tak luput, saya pun merasakan juga seperti apa ketika virus itu menghampiri keluarga kami. Berdua suami, beriringan melawan virus yang hingga kini belum juga hilang dari peredaran. Syukur, kami tak sampai harus dirawat di rumah sakit, hanya isolasi mandiri saja di rumah. Masih bisa mengikuti materi kuliah Bunda Saliha meski dengan berbaring saja. Tak terasa enam bulan masa perkuliahan Bunda Saliha berlalu, tak mu

Tim Rubi Digi Menetapkan Tujuan Dengan SMART

Assalamu’alaikum bunda pembelajar! Pernah keluar rumah, terus jalan tanpa tujuan? Pasti kita merasakan nothing kan ya. Segala sesuatu akan lebih terukur dan bermakna jika kita menetapkan tujuan sebelum memulainya. Dengan membuat tujuan kita akan mengetahui arah yang akan kita tuju, jalan yang hendak kita tempuh, cara mencapainya, bahkan bisa mengevaluasi apakah jalan kita sudah benar atau malah melenceng dari tujuan yang kita buat. Alasan Pentingnya Menetapkan Tujuan Setiap lembaga atau organisasi butuh perencanaan yang matang agar berjalan dengan baik. Ibarat membawa bahtera untuk mengarungi samudra luas, pasti bukan sekedar berlayar tanpa arah. Harus ada tempat yang akan dituju. Bagaimana bahtera bisa berlayar jika tak jelas arahnya kemana? Jangan bilang sekedar ikut arus, karena bahtera bisa karam di tengah perjalanan. Ciri sebuah organisasi atau tim yang memiliki tujuan: Mereka memiliki keyakinan akan tujuan hidup dalam hal ini tujuan agar tim bisa terus bergerak maju Memiliki pere

Apresiasi Aksi Tim Rubi Digi

Apresiasi Aksi  Ibu pembelajar, setelah Kongres ibu pembaharu, maka sampailah pada materi yang ke 7 yaitu apresiasi aksi. Pada materi ini, dibahas tentang apa yang harus dilakukan oleh tim untuk mengevaluasi aksi yang berjalan selama milestone yang sudah disepakati.  Setiap kegiatan atau aksi, ketika kita mengharapkan adanya dampak yang terlihat maka harus ada apresiasi aksi yang tujuannya untuk melihat sejauh mana efektifitas aksi yang sudah kita lakukan juga apa manfaat yang bisa diambil oleh penerima manfaat. Komponen yang ada dalam apresiasi aksi Pertama, Impact : Impact adalah dampak dari aksi yang sudah kita lakukan pada penerima manfaat atau sosial masyarakat lebih luas.   Apa pentingnya analisa dampak sosial ini untuk aksi kita? Mengukur seberapa besar pengaruhnya pada diri sendiri, lingkungan terdekat dan lingkungan sosial baik di dunia maya maupun di dunia nyata Mengevaluasi kegiatan / aksi yang sudah dilakukan apakah sdh on track , apakah dampak aksi sesuai indikator yg dit