Langsung ke konten utama
NHW#7
Bunda Produktif, Menelisik Misi PenciptaanNYA

Waktu pun berlalu, kembali NHW 7 menyapa kita.
Semakin menarik karena proses MIIP ini semakin mengerucut pada pencarian jati diri.
Begitu membaca materi pekan ke 7, membuka ruang renung yang semakin dalam.
Dan ketika NHW 7 selesai di posting, niat banget ingin segera menyelesaikan senyampang masih libur dan agenda di waktu 07.00-13.00 lebih longgar dan fleksibel.

Namun ada rencana Allah yang lebih indah, ketika adik-adik bisa juga anak-anak gadis : amanah yang dititipkan kepada kami 4 tahun lalu saat mereka baru lulus SMK, diujung liburan hari raya di kampung halamannya ditakdirkan Allah menemukan jodohnya.

Dalam waktu sepekan maraton mulai dari diskusi kesiapan menikah, ta’aruf dan khitbah yang dilanjutkan walimah di kota Trenggalek Jawa Timur, mengharuskan diri ini berada dalam proses tersebut bahkan hunting tiket di saat arus mudik balik yang masih ramai untuk terbang ke Surabaya dan menempuh 6 jam lagi perjalanan darat ke arah barat Propinsi Jawa Timur.

Akhirnya beberapa agenda akhir liburan harus di cut, mengkondisikan anak-anak untuk mengizinkan bundanya mewakili Yayasan menghadiri acara tersebut di Trenggalek.

Disisi lain, justru hikmah yang luar biasa dari peristiwa ini, termasuk menemukan sisi penguat dari peran yang telah diambil dan ingin di pelajari dalam Universitas Kehidupan ini.
Demikian juga, banyak pelajaran berharga terkait dengan apa itu produktif.

Akhirnya NHW7 dikerjakan disela waktu istirahat dari jeda setiap agenda kegiatan dan silaturahmi.

Tak banyak yang bisa dituliskan di sini, apalagi berteori panjang lebar, karena seringnya kenyataan tak seindah teori.
Gali ilmunya segera terapkan, latih dan terus berlatih.

Selama ini, aku mencukupkan pemahaman produktif bukan sekedar mampu menghasilkan sesuatu, dengan ukuran materi. Misalnya mampu bekerja hingga mendapat gaji, mampu menghasilkan barang sehingga layak produksi denga nilai tertentu atau mampu memberikan jasa kemudikan mendapat imbalan dari jasa tersebut.
Bukan, bukan itu. Produktif menurutku adalah kita mampu beramal dan berkontribusi yang harapannya hanya ridho Allah semata kalaupun ada imbalan berupa materi itu adalah riski dariNYA.

Maka, dengan pemahaman itu, ketika dulu diminta membantu mengajar disebuah sekolah, ukurannya bukan besarnya gaji tapi apa kontribusi yang bisa aku lakukan dan Allah ridho.
Hingga jelas, ketika keluar rumah, urusan dengan anak dan keluarga sudah beres.
Bereskan dulu di dalam rumah baru keluar.

Jadi rasa bangga sebagai Ibu bekerja itu tak pernah ada. Biasa saja. Makanya, tak lagi menarik kontroversi Ibu bekerja vs tak bekerja. Tak lagi ada rasa lebih mulia sebagi ibu bekerja serta tak akan pernah ada rasa minder sebagai ibu yang tak bekerja di ranah formal.
Setiap ibu itu luar biasa apapun peran yang diambilnya karena ibu adalah wasilah bagi lahirnya sebuah generasi.

Di perjalanan kali ini juga memdapat pengayaan tentang makna produktif.
Menemukan orang-orang yang hebat, yang sepi dari publikasi, yang penuh inspirasi dan bekerja dengan ikhlas.
Orang-orang yang peduli dengan anak bangsa, peduli dengan umat yang dengan aset pribadinya berkhitmat dalam bidang pendidikan.
Sebuah keluarga, yang sebagian ruang rumahnya menjadi tempat menghafal Al Qur’an. Di keluarga lain, sebagian rumahnya menjadi kelas-kelas, menjadi rumah baca  dan banyak lagi.

Jangan remehkan sebuah impian, ketika kita biarkan dengan ikhlas maka Allah akan memberi jalan.
Dulu, pernah menulis dibuku harian tentang impian dan harapan, masih ingat banget, antara lain:
  1. Mendirikan sekolah murah berkualitas
  2. Menulis dan punya buku
  3. Punya tanaman bacaan
  4. Dan lain-lain (malu disebutin semua)
Dua dari yang disebut diatas sudah terwujud. Allah membukakan jalan yang bahkan lebih cepat dari impian semula.
Makanya, kalaupun sekarang merasa bisa punya kontribusi dan produktif dengan bekerja di bidang formal : mengajar di sekolah.
Jika suatu saat nanti harus berhenti , tetap berkontribusi dibidang yang tidak jauh dari pendidikan misalnya mendirikan taman bacaan, menjadi relawan membacakan buku atau cerita, membimbing sains atau berbagi dengan orang tua tentang pengasuhan dan pendidikan.

Baiklah, sekarang kita coba ya..
Apakah binar yang selama ini hadir ketika mengerjakan semua ini sudah tepat dan sesuai dengan bakat
Apakah jurusan yang diambil sesuai dengan bakat
Apakah jalan yang dilalui sudah benar?
Berikut adalah hasil test temu bakat :



Seneng banget kan, ternyata hasil test temu bakat sesuai dengan apa yang sudah dirintis dan dilakukan selama ini. Berasa melangkah dijalur yang benar

Selanjutnya adalah
Buatlah kuadran aktivitas anda, boleh lebih dari 1 aktivitas di setiap kuadran
Kuadran 1 : Aktivitas yang anda SUKA dan anda BISA
Kuadran 2 : Aktivitas yang anda SUKA tetapi andaTIDAK BISA
Kuadran 3 : Aktivitas yang anda TIDAK SUKA tetapi anda BISA
Kuadran 4: Aktivitas yang anda TIDAK SUKA dan anda TIDAK BISA

Krite
Bisa
Tidak Bisa
Suka
Memberi penjelasan ( mengajar)
Memberi semangat dan motivasi
Membimbing atau melatih
Merapikan barang
Mengatur ruangan
Menanam/ berkebun
Menulis yang bagus
Desains baju
Menjahit
Melukis/ mengambar
Fotografi
Tidak suka
Memasak
Menjual atau memasarkan
Menyanyi
Berbicara di depan publik spt menjadi MC atau moderator

Sesungguhnya kita diciptakan dengan sebaik-baik penciptaan. Meski test temu bakat ini bukan segalanya, setidaknya memberi arah untuk penentukan pilihan bagi peran beradaban kita

Seperti yang di katakan Abah Rama dalam seminar tallent’s mapping : mintalah selalu petunjuk pada yang punya jalan (Allah) agar kita dibimbing dalam meniti jalan kita sehingga mampu melangkah di jalan yang benar.


--------------------
Trenggalek
Dalam dinginnya udara bulan Juli

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...