Langsung ke konten utama

Cara Seru Membentuk Tim Yang Solid

Cara membentuk tim yang solid



Assalamu'alaikum Bunda Pembelajar
Setelah menyimak materi kedua tentang bagaimana membentuk tim yang solid di kelas Bunda Saliha mulai nih kebayang seperti apa perjalanan kelas Bunda Saliha.Tidak ada masalah yang sepele, masalah tetaplah masalah, bedanya adalah bagaimana kita menghadapinya. Menghindar dan lari dari masalah bukan solusi, tapi mencintai masalah adalah langkah awal menyelesaikannya.

Cara Asyik Mencintai Masalah

Pada tahap sebelumnya kita diminta untuk merenungkan apa sih masalah kita? Ini namanya cari masalah ya, eits tapi cari masalah untuk dicintai dan dijadikan tantangan yang seru lho. Trus gimana bisa begitu?

Identifikasi dan definisikan masalah

Diantara segambreng masalah kita, kadang kita tidak menyadarinya dan masalah itu akan tetap jadi masalah sampai kapanpun. Tidak ada cerita masalah selesai dengan sendirinya, yang ada kita mengabaikan masalah itu hingga tidak jadi masalah bagi kita. Tapi belum tentu bagi orang lain.

Nah diantara masalah-masalah itu kita cari yang paling mendesak untuk diselesaikan. Lalu kita definisikan sampai detail dan ketemu akar masalahnya.

Gunakan data

Data ibarat peta jalan, kita tak akan menyelesaikan masalah dengan baik tanpa adanya petunjuk. Dengan data kita bisa melihat secara mendalam masalah kita.

Fokus pada solusi

Membicarakan masalah tanpa ada usaha menyelesaikannya sama saja seperti membicarakan gosip, dibahas semakin lama semakin asyik tapi tak ada solusi. Sekecil apapun upaya menyelesaikannya atau sudah berusaha menyelesaikannya tapi gagal lebih baik daripada hanya membicarakannya. Makanya perlu fokus upaya apa lagi yang harus kita lakukan.

Menyelesaikan Masalah Bersama Dengan Membentuk Tim Yang Solid

Yakin bisa menyelesaikan masalah tanpa orang lain? Jangan-jangan ketika punya masalah dan hanya diri kita yang tahu, bukan penyelesaian yang kita dapat tapi pengabaian. Ya sudahlah, anggap aja selesai. Nah agar masalah kita tidak seperti ini jadinya makan kita harus punya tim yang bisa saling bekerja sama dalam mencari solusi terbaik dari masalah kita. Agar tim kita solid maka:

Open Communication

Sebuah tim bukan kumpulan orang yang bekerja bersama tapi tim adalah sekelompok orang yang percaya satu sama lain. Untuk itu sejak awal perlu adanya keterbukaan. Buka ruang komunikasi seluas-luasnya, diskusikan sehingga semua clear sejak awal. Paparkan semua problem statement, lalu diskusikan solusi dan lakukan aksi.

Catatlah mimpi sehingga menjadi energi untuk terus maju meraihnya. Belanja masalah sehingga memperkaya wawasan kita dan petakan potensi sehingga kita menemukan posisi yang tepat untuk melakukan aksi.

Clear Direction and Goal

Sebuah tim yang solid harus sejak awal jelas tujuan dan langkahnya. Jadi saat ada anggota tim yang ternyata tidak sejalan dengan tujuan kita ya harus legowo. Maka sebelum melangkah lebih jauh, harus sepakat dengan problem statement yang akan dijadikan panduan untuk mencari solusi dan melakukan aksi.

Setelah itu klasifikasikan soft dan hard skill sehingga kita bisa menemukan di posisi mana nanti akan berperan. Jangan lupa juga membahas golden role yang mampu menguasai conflict management karena sesolid apapun tim itu apalagi kalau tim menjadi besar tak akan luput dari conflict.

Task Delegation

Dalam tim akan ada berbagai kekuatan, nah dari sini kita bisa melihat potensi sehingga masing -masing menemukan peran dan paham akan tugas yang harus dilakukan. Lebih penting dari itu, punya komitmen terhadap peran dan tugasnya. Pada tahap ini harus ada kesepakatan tentang leader, job description, dan halal yang terkait dengan tugas menemukan solusi serta aksi.

Sense of Accountability

Rasa memiliki juga perlu kita bangun agar tim kita solid. Dengan rasa memiliki, maka anggota tim akan sadar bagaimana agar tim berjalan sesuai rule, tidak mandeg, dan masing-masing berusaha sesuai komitmen yang sudah disepakati.

Caraku Menemukan Tim


Setelah menyimak materi kedua, aku merenung dong. Merenung panjang karena problem statement yang sudah dibuat bukan hanya untuk kelas bunda saliha saja tapi bagaimana bisa berlanjut hingga akhir kelas bahkan selamanya. Setelah itu mulai deh menelusuri jurnal demi jurnal teman-teman dengan problem statement yang sama atau mirip. Ternyata lumayan banyak, dan mencatat satu persatu kemungkinan akan mengajaknya dalam satu tim.

Setelah itu menyusun konten campaign dan mempostingnya pada instagram. Disaat yang sama, kutemukan campaign yang cukup menarik dengan problem statement yang mirip denganku. Langsung tertarik dan menghubungi contact personnya. Saat itu juga kami langsung tergabung dalam whatsapp group. Ajang perkenalan dan membagi problem statement.


User personaku

User persona

Agar jelas apa tujuan kami bergabung dalam tim ini, setelah berbagi problem statement, kita sepakat untuk berbagi user persona. Awalnya kami bingung, bukankah user persona itu adalah orang yang menerima manfaat. Padahal dalam tim tidak boleh hanya menjadi user persona. Akhirnya kami sepakat bahwa sebagai tim selain berupaya menjadi problem solving kami juga akan menerima manfaat berupa solusi dari problem statement kami.


Story board problem statement

Storyboard

Problem statement yang sudah kami ceritakan dalam tim, akhirnya kami buat storyboard yaitu story telling dari masalah, akar masalah dan harapan serta langkah selanjutnya.


Soft skill dan hard skill

Pemetaan soft dan hard skill

Langkah selanjutnya, kami memetakan soft skill dan hard skill anggota tim agar tahu potensi dan kekuatan yang bisa digunakan dalam mencari solusi dari masalah kami.


Role and task team

Role dan task

Setelah tahu tujuan tim untuk apa, lalu kami mencoba menginventarisir kebutuhan tim, antara lain leader, co leader, tim kreatif, connector atau humas, dan pelaksana program.

Giliran mengisi peran, ini yang seru. Lowongan sebagai leader belum terisi juga sampai beberapa hari. Duh begini memang, menjadi leader itu memang semua bisa tapi belum tentu mampu dan bersedia. Tapi sejak awal tim ini sudah terlihat energi dan semangatnya, dan lowongan leader itu terselesaikan dengan baik.

Penutup

Masalah hadir dihadapan kita itu artinya kita dipercaya untuk menyelesaikannya. Dalam menyelesaikan masalah kita butuh teman yang relate, bukan untuk saling curhat tapi membentuk tim yang solid agar menemukan solusi dari masalah kita serta menjadikannya aksi kebaikan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...