Langsung ke konten utama

Temukan Akar Masalahmu Untuk Binar Bahagiamu

 

Cover jurnal masalah

Assalamu’alaikum Bunda Pembelajar
Tak terasa perjalanan Bunda Pembelajar sudah masuk etape ke lima yaitu kelas Bunda Saliha. Yeei, Dan gerbang masuk kelas ini adalah menemukan akar masalah, hemm kira-kira seperti apa ya? Penasaran banget kan. Tapi sebelumnya biar berkurang rasa penasarannya kita kulik dulu sedikit tentang kelas Bunda Saliha ini.

Di kelas Bunda Saliha Institut Ibu Profesional (IIP) ini merupakan tahapan untuk menjadi inovator sosial, jadi para Bunda Pembelajar diharapkan mampu mengidentifikasi masalah minimal masalah pribadi lalu lebih luas lagi masalah pada keluarga dan juga nantinya masalah lingkungan sekitar atau masyarakat lebih luas lagi.

Nah, para Bunda tidak lantas berkutat dalam masalah hingga hidup penuh masalah tapi menjadikan masalah ini sebagai tantangan untuk menemukan tindakan solutif. Lalu belajar membentuk team untuk mengubah emphati menjadi aksi nyata dan melakukan inovasi sosial. Jadi pilihannya mau berubah atau kalah lalu berakhir sia-sia.

Tahapan Mengubah Masalah Menjadi Tantangan dan Aksi


Tentu nggak mudah ya, biasa kita menghindar dari masalah eh ini malah mencari masalah. Itulah tantangan menjadi ibu pembaharu, harus beda. Bagaimana sih caranya agar masalah kita nggak jadi beban tapi malah menjadi tantangan dan menciptakan peluang?

Cognitive Emphaty


Kuncinya adalah bagaimana kita bisa mengembangkan kemampuan berempati. Mulailah dengan aktif mendengarkan dan memperhatikan masalah diri sendiri, keluarga dan sosial, meskipun itu masalah yang dianggap kecil dan terlihat sepele. Kembangkan rasa empati ini menjadi sebuah tindakan dengan bernalar. Minimal kita bisa berempati dengan masalah pribadi melalui identifikasi dan menemukan akar masalah, bukan mengeluh.

Teamwork


Sendiri dan bergulat dengan berbagai masalah diri sendiri tentu nggak akan menyelesaikan masalah itu sendiri , tapi terbukalah. Lihat dunia seluas-luasnya hingga kita menyadari, lho kita nggak sendiri kok. Bangun komunikasi , masuklah dalam komunitas yang sesuai lalu jalin kolaborasi sehingga kita menumukan solusi bersama. Kita bisa melakukan kerja besar dengan kebersamaan.

New Leadership


Kolaborasi akan mengajarkan kita pentingnya leadership. Kemampuan kita mengidentifikasi masalah, menumbuhkan empati dan berusaha mencari solusi dalam sebuah team akan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Dari sini akan tumbuh leader-leader baru yang siap menghadapi tantangan.

Creative Problem Solving


Dengan ketrampilan memetakan masalah, menemukan solusi yang tepat dan kemampuan berkolaborasi yang baik akan mengasah kreatifitas kita dalam menyelesaikan setiap tantangan dalam hidup kita. Para Bunda Pembelajar akan berubah dalam menghadapi masalah, keluarga akan merasakan manfaat sehingga anak-anak pun bisa melihat bagaimana cara Bunda menghadapi masalah dan mereka akan ikut terlatih dengan pola ini. Semakin lama, cara pandang terhadap masalah akan berubah dan kreatifitas akan terus terasah.

Identifikasi masalah saya

Indentifikasi Masalah Menemukan Akar Masalah


Setelah menyimak tahapan menjadi Ibu Pembaharu pada kelas Bunda Saliha, saatnya ke jurnal pertama sebagai pintu gerbang tahap selanjutnya. Pada tahap awal ini kita diajak untuk mengidentifikasi masalah, memetakan masalah hingga menemukan akar masalah. Mengapa ? Karena seberapa pun besar masalah atau sebaliknya sekecil apapun masalah ketika hanya dilihat dari masalah yang nampak dipermukaan maka tidak akan pernah tuntas penyelesaiannya.

Masalah yang tidak tuntas penyelesaiannya hanya akan menjadi masalah berikutnya, demikian terus hingga tak ada habisnya. Yang ada kita akan terus berkeluh kesah, ingin curhat sana sini dan hasilnya tetap nol besar. Kita mungkin lega sudah curhat, tapi ya selesai begitu saja. Besok dan besoknya akan ada masalah yang lain.

Apa sih masalah itu? Segala sesuatu yang menghabiskan energi kita, pikiran kita tercurah hingga kita tak menemukan bahagia. Dan dalam hidup tentu banyak masalah, tapi dengan mencoba mengidentifikasikannya, kita akan tahu mana yang benar-benar masalah sehingga bisa kita ubah menjadi tantangan yang menyenangkan, mana yang hanya keluh kesah tanpa kesudahan. Caranya? Yuk kita kulik!
Masalah yang kuhadapi

Problem Statement

Nah dari gambar di atas, masalah yang Bunda hadapi ada beberapa ya. Pertama masalah pribadi, ini masih berkutat pada management waktu yang efeknya juga menjadi masalah di bagian lain. Jadi sampai saat ini management waktu masih harus mendapat perhatian lebih meski sejak kelas bunda cekatan sudah dilatih.

Bunda juga masih sering mager dan moody. Terlebih dominan disipline sebagai bakat, eit disipline ini bukan sekedar disiplin ala militer gitu tapi keteraturan yang jika salah satu unsur tak terpenuhi jadi hilang mood. Kalau sudah gini jadi mager deh. Terasa banget kalau mengerjakan sesuatu harus sampai tuntas nah kalau sudah gini kandang waktu jadi berantakan. Bosan dengan rutunitas juga menjadi masalah bagi Bunda, terlebih setelah tiga tahun ini full bekerja di rumah. Ketika sudah stagnan, akhirnya malah nggak produktif.

Masalah keluarga, terutama pada pendidikan anak. Terlebih si bungsu sejak awal homescholling. Masalahnya banyak, terlebih ketika dua kakaknya juga HS, jadi fokus Bunda pada kedua kakaknya yang sudah masuk jenjang SMP, sementara si adik yang masih awal SD agak tidak fokus. Akhirnya ketika para kakak sudah selesai di rumah dan masuk jenjang selanjutnya, baru terasa di adik ini lebih santai.

Dari mutasi ke mutasi antar kota juga berpengaruh, terlebih saat ini si bungsu lebih suka bersosialisasi dengan teman di luar rumah. Jadi intensitas bermain di luar lebih banyak. Efeknya pada waktu yang habis buat bermain di luar juga bermain gadget sehingga banyak agenda yang tidak selesai sesuai timeline.

Dan teryata, keluhan yang sama Bunda dengar dari para ibu tetangga. Mereka mengeluh dengan kebosanan anak-anak belajar daring serta anak-anak yang kecanduan gadget. Bahkan tetangga dekat kemarin menyatakan masalahnya, si anak sudah berani marah sampai meninggalkan rumah karena handphonenya disita. Kami akhirnya diskusi via whatApps grup komplek dan berupaya mencari solusi. Sampai akan beberapa point yang kami sepakati, salah satunya membuat anak lebih banyak bermain fisik di sore hari. Sayangnya tidak semua point bisa segera kami eksekusi karena pandemi ini.
Mengetahui Masalah Sendiri

Analisa Masalah Yang DiPilih


Masalah besar yang saat ini Bunda hadapi dan menjadi prioritas karena mendesak adalah Pendidikan Anak. Hasil yang nampak dari masalah ini adalah anak yang lebih banyak bermain sehingga banyak program yang tidak jalan. Sejatinya memang anak lebih suka bermain ya, jadi harus bisa membuat rencana belajar yang anak itu tidak terpaksa belajar tapi serasa bermain.
Akar masalah yang kuhadapi

Akar Masalah Pertama:

  1. Waktu bersama anak yang tidak maksimal, lebih sering sibuk sendiri. Di tengah kebosanan rutinitas pekerjaan rumah tangga, Bunda mengisi dengan kegiatan produktif menulis dan tentunya membaca sebagai sumber inspirasi. Bunda aktif di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) sebagai salah satu staf ketua kelas juga di komunitas literasi lain. Sayangnya management waktu yang kurang baik dan efek moody membuat waktu bersama anak tidak optimal.
  2. Anak banyak bermain gadget juga dengan teman baru di sekitar rumah, karena fokus Bunda kemarin lebih tersita pada pindahan rumah dua kali dalam setahun ini, ngurus tukang dan bebenah serta persiapan pernikahan anak sulung, jadi perhatian ke anak bungsu berkurang. Sementara di lingkungan baru keinginan bersosialisasi dan mendapat teman sedang tinggi-tingginya sehingga lebih banyak waktu bermain ke luar rumah juga bermain gadget.

Akar Masalah kedua:

  1. Perencanaan pembelajaran yang tidak bagus dan maksimal, lebih sekedar melaksanakan program sehingga kurang menarik minat anak untuk belajar di rumah.
  2. Metode belajar yang kurang menarik, membosankan sehingga anak pengen cepat-cepat menyelesaikan tugasnya dan segera bisa main game di handphone
Masalah selesai jika

Penutup


Dalam kehidupan tidak ada orang yang lepas dari masalah. Bedanya adalah bagaimana kita memandang masalah itu, apakah masalah itu menjadikan hidup kita berasa dalam pusaran problematika tak berkesudahan atau menjadikannya tantangan dalam hidup yang menantang kreatifitas kita untuk menyelesaikannya. Ketrampilan kita menandang masalah hingga menjadi sebuah tantangan perlu belajar dan berlatih.

Dengan belajar dan berlatih secara konsisten, berawal dari memandang masalah sekecil apapun dengan empati maka kita akan menemukan akar masalah sehinggan tertantang untuk menyelesaikannya yang kelak membuat mata kita berbinar bahagia saat bisa menyelesaikan tantangan itu.

#ibupembaharu
#bundasaliha
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestakaryauntukIndonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...