Check In
Pekan ini di sela-sela program mentohship ternyata ada materi tentang check In.
Check In.... Iya, langsung kan auto terbayang check in di hotel , *tertawa deh.
Saat melihat iklannya, jadi bertanya apa maksudnya ya..?
Lalu pada saat materi, wow jelas dan gamblang.
Check in itu adalah kegiatan yang dilakukan di tengah - tengah program untuk mengetahui apakah program yang dijalankan masih dalam koridor yang benar atau jangan - jangan sudah mulai melenceng ini.
Check in ini perlu karena proses bertemunya dua manusia itu unik, tidak standar dan kadang berkembang jauh melewati perkiraan.
Ibarat pernikahan, ketika akad baru selesai dilakukan, jalannya masih normal. Nah suatu saat mulai ada masalah, mulai dari yang kecil-kecil dan remeh. Maka dibutuhkan check in agar masalah tidak berkembang menjadi lebih besar, prioritas tidak melenceng dan tidak kesasar terlampau jauh.
Dalam mentoring pun, butuh proses ini, hingga kita tahu apakah pendampingan ini sudah semestinya. Apakah sudah menjadi prioritas dan fokus kita. Adakaah kendalanya selama ini, bagaimana memgatasi masalah. Apa solusi yang harus diambil dan banyak lagi.
Nggak seru dan nggak bakalan jalan suatu program jika ternyata salah satu ada masalah, ada ganjalan dan kurang terbuka.
Apa saja sih yang dilakukan pada waktu check in?
Ada tiga tahapan check in
- Eksplorasi : Tahap ini kembali kita memperjelas maksud dan tujuan, apakah sudah sesuai, apa saja yang masih dibutuhkan dan bagaimana mengatur agenda
- Pemahaman Baru : Kita bisa menentukan ide baru, saran dan membagikan pengalaman serta umpan balik yang konstruktif.
- Action Plan : Memeriksa lagi tindakan, mendorong cara berpikir serta membantu mengambil keputusan.
Proses Check In dengan Mentor
Sebagai mentee, saya merasa belum sepenuhnya menjadi mentee yang baik. Karena belum bisa berinteraksi dengan mentor secara intens, dan saya sudah minta maaf pada mbak mentor. Alhamdulillah mbak mentor baik dan pengertian. Duh... Terima kasih banyak
Tapi kami tetap bisa mengalokasikan waktu berdiskusi, baik diskusi program maupun diskusi yang lain yang menunjang program.
Kami juga bersepakat untuk mengungkapkan kekurangan masing-masing dan tidak saling menghibah di luar program bahkan di kelas materi. Cukup menjadi bahasan kita berdua dan saling berlapang dada.
Proses Check In Dengan Mentee
Ada tiga mentee dalam yang harus saya dampingi. Alhamdulillah komunikasi kami lancar dan terbuka.
Para mentee juga merasa nyaman baik dalam program pendampingan maupun komunikasi.
Sejauh ini, program ini masih jadi prioritas diantara banyak priotitas mereka yang rata-rata masih menjadi ibu muda dengan anak-anak yang masih balita. Tapi semangat belajarnya tak terkalahkan dengan keriwehan mengurus anak-anak.
Program yang sudah disusun dalam acton plan juga masih jalan sebagaimana mestinya. Mereka akan langsung mendiskusikan masalah dan kendala yang dihadapi pada waktu -waktu pendampingan meski kadang kita suka miss pada waktu ini. Karena berada di wilayah yang beda waktu. Salah saya juga sih. Hanya bilang jam 2 ya... Ternyata kita berada di waktu Indonesia bagian barat dan tengah. Beda kan.
Belum lagi mentee saya yang satu lagi. Di manca negara, yang beda waktunya tujuh jam. Widiiiiih..... Seru kan.
Tapi so far....masih lancar kok.
Menentukan ide, cerita dan saran serta membagi pengalaman kami lakukan dengan diskusi ringan tiap hari atau saat mentee menemukan masalah langsung deh kami diskusi.
Indentifikasi kebutuhan juga sudah, dan saya jadi tahu apa yang mereka butuhkan. Memang belum melakukan tindakan lanjut semisal menyusul daftar point yang akan dibahas keesokan harinya sih. Ke depan akan kami perbaiki.
Alhamdulillah semua memberikan umpan balik yang baik. Dan saya menerima apapun baik itu kritik dan saran dengan lapang dada. Tidak ada masalah.
Bahkan saat salah satu mentee pada pekan ke 3 gadgetnya rusak sehingga tidak bisa mengikuti materi dan diskusi. Setelah di konfirmasi, dengan kesadaran sendiri minta maaf bahwa hapenya rusak dan tetap mengerjakan tugas serta membuat jurnal.
Tak ada kesempurnaan, memang disana sini masih banyak kekurangan. Namun kami berusaha menerima sebagai proses belajar, dan beginilah interkasi antar dua manusia yang berbeda tempat dan kebutuhan.
Tapi sikap terbuka, berlapang dada sungguh luar biasa. Kami bisa saling memahami dan memaafkan kekurangan dan kelemahan masing-masing.
Tak ada ghibah diantara kita.
Namun kasih sayang yang tumbuh seiring dengan interaksi yang semakin erat.
Fisik boleh jadi tidak bertemu, namun hati kita berpadu. InsyaAllah.
#jurnalke4
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional
Komentar
Posting Komentar