Langsung ke konten utama

Game Level 6 Hari ke 1

Boneka Dalam Kubus

Kini dia telah bersekolah, resmi bersekolah meski bertahun-tahun lalu tidak berminat dengan persekolahan dan memproklamirkan diri sebagai homeschooler. 
Tidak disangka bersemangat sekali, apalagi dimalam hari ketika menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari.
"Yes, besok Matematika..Aku suka matematika," katanya.
Tidak bisa dipungkiri , hati ini berbunga. Orang tua mana sih yang tak suka anaknya suka pelajaran matematika disaat sebagian besar anak tak menyukainya, meski sebagai orang tua kami selalu bersiap diri dengan apapun pilihan anak dan bakat yang lebih menonjol pada mereka. Termasuk bersiap diri jika anak tak suka matematika.

Barangkali wajar, masih kelas 1 juga. Kan matematikanya masih gampang. Iya..benar itu kalau matematika hanya sebagai konsep berhitung..tapi tidak jika matematika sebagai konsep logika.
Dan menjadi tantangan kami, menjaga anak ini suka matematika hingga kelak nanti.
Pas bener kan dengan materi game kali ini, menstimulasi matematika logis pada anak.

Sedikit menengok ke belakang, kesukaan matematika pada si adek 7 tahun ini bukan sesuatu yang tiba-tiba. Kami memulainya jauh sebelum usia sekolah. Bukan dengan mengenalkannya dengan angka 1 dan seterusnya, atau berhitung dari 1 dan seterusnya. Tapi dengan kegiatan sehari-hari yang tak bersentuhan langsung dengan wujud angka.

Terlahir sebagai bungsu membuatnya menempel lebih lama dengan bundanya. Mulai dari aktifitas di dapur hingga mengajar di sekolah. 
Mengamati dan merecoki acara masak memasak hingga merencanakan belanja serta belanja di pasar menjadi aktifitas yang sangat disukainya.
Memutar uliran kompor, besar kecil hingga mampu membandingkan jika apinya besar lebih cepat terbentuk gelembung - gelembung tanda air mendidih. 
Jika apinya kecil , lebih lama mendidihnya.

Membantu mengupas bawang, dengan jumlah tertentu, atau mengklasifikasikan besar kecil ukuran sayuran.
Turut bunda ke sekolah , di dua tempat yang berbeda hingga mampu membedakan dekat jauh, sebentar dan lama.
Juga aktifitas harian lainnya, yang menyenangkan tapi menstimulasi cara berpikirnya.

Maka suatu saat ketika sedang bermain di taman dan dia mengatakan, "Abi tadi bayarnya Rp. 12.000 kan , kita beli es tehnya 3 bungkus dan harganya Rp. 4000 tiap bungkus." 
Atau Bunda nanti dapat angsul (kembalian) Rp. 2000 karena harganya Rp. 18.000 dan uang Bunda Rp. 20.000
di usia 5 tahun tanpa kami ajarkan.
Juga jatah waktu bermain yang membuatnya mengerti ukuran waktu : detik, menit dan jam.

Saat ini justru kami khawatir, pelajaran matematika di sekolah yang akan melemahkan logika berpikirnya. Oleh karena itu, meski di sekolah mendapat pelajaran matematika, di rumah kami tetap berkegiatan sebagaimana dulu sebelum sekolah.

Di hari pertama game ini, saat bundanya masih sibuk dengan kegiatan ujian-ujian di sekolah dan waktu bermain di rumah yang sempit, bunda hanya menyediakan kardus.
Pengen buat mainan katanya.
"Permainan yang seru, nanti bunda kaget deh... Bunda jangan takut lho ya..," katanya.
Dan tara.......
Kubusku
Kalau dibuka, hihihi.....ada yang nakutin.

Sebuah bangun ruang , kubus.
Kemudian ditempel gambar yang dapat di tarik sehingga terbuka dan tertutup.
Stimulasinya kecerdasan matematika:
1. Anak mengenal bentuk - bentuk bangun dari bangun datar segi empat hingga bangun ruang kubus
2. Anak menemukan pola dan merangkai pola menjadi bentuk tertentu 
3. Anak berani mencoba dan melaksanakan prosedur kerja serta memecahkan masalah misalnya bagaimana mengabungkan segiempat yang satu dengan lainnya.
4. Anak mengetahui cara kerja alat yang dibuatnya.




#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...