Langsung ke konten utama

Game Level 11 Hari ke 1

Review Diakusi Kelas 

Presentasi kali ini dimulai oleh kelompok 1, yang dengan koordinator mbak Beta Lianita.
Pemaparan diawali dengan vidio tentang game yang ternyata mengkampayekan pornografi dan pornoaksi...serem.
Jelaslah sebagai orang tua kita harus waspada, karena paparan game ini bisa dengan mudah masuk ke ruang-ruang keluarga kita tanpa kita sadari. 
Dari keluarga sendiri bisa, pemandangan yang sudah lazim, saat acara kumpul keluarga besar, anak-anak malah asyik dengan gadgetnya.
Dari sekolah bisa juga, sehingga orang tua perlu kerjasama yang baik dengan pihak sekolah.
Dari lingkungan sekitar tempat anak-anak kita bermain dan berinteraksi dengan temannya.

Waspada boleh ya, tapi tidak sampai paranoid hingga anak pegang hp saja langsung ketar-ketir tak terkira.
Trus gimana dong....hari gini pornografi sudah berada di titik merah deh.
Langkah-langkah pencegahan pornografi terdapat pada gambar berikut ini!

Tips untuk orang tua terhadap paparan game pornografi pada anak


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah penguatan diri si anak itu sendiri. Seperti istilah yang populer : Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Anak harus dipelihara fitrah sexsualitasnya.
Apakah fitrah sexsual itu..?
Perhatika gambar berikut ini..!
Difinisi fitrah sexsualitas

Fitrah sexsualitas sesuai usia

Cara menumbuhkan fitrah sexsualitas pada usia dini
Cara menumbuhkan fitrah sexsualitas pada anak usia 3-6 tahun

Jadi jelas ya..
Seorang anak harus bangga dengan dirinya sendiri, menerima tendernya dengan penuh rasa syukur.

Ada pertanyaan yang cukup menarik ,
Apalah anak harus dijelaskan jenis kelaminnya sesuai dengan namanya. 
Jawabnya : Iya
Sepakat dengan jawaban ini, seorang anak laki-laki harus tahu bahwa alat kelaminnya bernama penis , testis sebagai sarana mengenal organ kelamin. Jangan sampai menamakannya dengan yang lain seperti "Burung" misalnya yang akibatnya ketika membicarakan burung yang sebenarnya maka konotasinya ke arah negatif.
Pun sebaliknya dengan anak perempuan , mereka mempunyai vagina sebagai organ kelamin. Bukan dengan istilah yang lain.
Meski , perlu digaris bawahi juga bahwa tidak selalu nama organ ini kita bicaranya secara terus menerus dalam pembicaraan sehari - hari. Saya lebih sepakat menyebutnya kemaluan. Apalagi jika membicarakan dihadapan orang lain. 
Istilah Penis atau Vagina cukup sebagai istilah dalam mengenal organ kelamin dan gender.

Pentanyaan lain yang seputar kedekatan anak-anak pada orang tua sesaui jenis kelamin dimasa tertentu pertumbuhan gendernya.
Juga pandangan tentang kemesraan orang tua dihadapan anak.
Boleh sih, menampakan kemesraan dalam wujud tanda kasih sayang, bukan nafsu dihadapan anak-anak, sebagai sarana pembelajaran bahwa seperti inilah kita berkasih sayang dengan catatan - catatan tentunya , antara lain dengan pasangan halalnya.

Presentasi dan diskusi hari ini cukup menarik. 
Jadi semangat menunggu presentasi besok lagi nih.

#fitrahsexsualitas
#learningbyteaching
#bundasayanglevel11
#InstitutIbuProfeisonal



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...