Langsung ke konten utama

Bolos Sekolah

Melatih Kemandirian Anak

Alhamdulillah pekan ke dua tantangan melatih kemandirian anak sudah terlaksanakan dan akan tetap dilaksanakan sampai seterusnya hingga anak benar-benar mandiri.
Masih latihan, dan seperti itulah sehari berhasil besoknya belum. Beberapa hari bisa sisanya belum bisa.

Tiap anak beda-beda, mungkin ada anak yang cepat mandiri di bidang tertentu dan ada anak yang kurang mandiri di hal yang lain.

Setelah dua pekan jatuh bangun melatih anak tidur sendiri dan ke kamar mandi sendiri , Bunda jadi memahami bahwa bagi si Bungsu dua hal ini lebih berat di banding kemandirian yang lain sesuai dengan usianya.

Tantangan pekan ke 3 ini adalah bangun pagi.
Saat usia dibawah 5 tahun , bangun pagi aka bangun subuh bukan hal yang berat baginya. Tapi semenjak 6 tahunan, bangun subuh menjadi hal yang lebih berat.
Masih mengamati dan mencari tahu mengapa hal ini terjadi
Padahal beberapa waktu lalu pernah membuat tantangan 10 hari sholat subuh tepat waktu dan berhasil.
Tapi setelahnya balik lagi.
Sampai beli buku komik pejuang subuh.

Hari pertama tantangan bangun subuh kami mulai bahkan anak bangun jam 9 pagi...hiks.
Sengaja hanya dua kali kami bangunkan setelah itu kami, Bunda dan Abi sepakat biar saja hari ini tak masuk sekolah kalau tidak bangun.

Bunda juga hari ini di rumah, masih mengerjakan nilai raport anak didik di sekolah dan siang nanti rencana akan beres-beres rumah karena sorenya ada acara silaturahmi ibu-ibu sekitar komplek.

Menjalang pukul 09.00 , anak masuk kamar Bunda dan bertanya,” Beneran sekarang jam 9 Bun?”

Sambil senyum manis Bunda menjawab, “ Iya Dek…”

Si Anak tersenyum dan segera memeluk Bunda. Kami berpelukan, Bunda tidak membicarakan tentang bangun kesiangannya dan bolos sekolahnya.

“Sudah, Bunda masih mau kerja lagi. Adek main sendiri ya.”

Siangnya, kegiatan kami ke pasar, beres-beres rumah dan memasak.

Malam hari, ketika sedang makan malam dia berkata,” Bunda, aku  pengen mimpi buruk.”

“Lho kenapa begitu?”

“Iya, biar bisa bangun cepat.”

“Berdo’a dong Dek… Ya Allah bangunkan aku dengan bangun dari tidur lebih cepat biar tidak kesiangan sholat subuh.”

“Sudah, aku sudah berdoa begitu, tapi masih aja susah bangun dan kesiangan.”
“Berdoa dan berusaha, harus dilawan keinginan pengen tidur lagi kalau sudah pagi.”

“Iya Bun.”
“Ayo berjuang untuk bangun subuh.”


#Harike 15
#Tantangan15Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...