Langsung ke konten utama

Tanpa Seremonial

Melatih Kemandirian Anak

Hari Ahad agenda kami seputaran kondangan di beberapa tempat. Karenanya kami memulai hari agak awal seperti biasa meski hari libur. Abi dan Bunda ke lingkaran masing-masing sementara si bungsu di rumah bersama Tante yang datang untuk tugas rutinnya.

Tak memakan waktu lama, Bunda sudah sampai di rumah lagi beraktifitas bersama si bungsu.
Suatu waktu terdengar bunyi brak...Bunda diam saja..sengaja tak memberi respon ulah si anak naik rak buku dan menjatuhkan setengah isi rak buku.
“Bunda...Bunda jangan marah ya.”
“Iya, Bunda nggak marah, ada apa Dek? “ jawab Bunda seolah tidak tahu kejadiannya.
“Bunda dengar gak tadi?”
“Dengar..”
“Aku jatuhin buku.”
“Iya, sekarang beresin ya,” kata Bunda dengan senyum untuk menguatkan kesan tidak marah.

Krik...krik sunyi, beberapa waktu lamanya.
Begitu Bunda keluar kamar, Buku itu masih berserakan dan si anak asyik membacanya.
“Ayo dibereskan Dek,” ajak Bunda
Baru si anak bergerak membereskan buku yang berserakan.

Tak lama terdengar isak tangis. Semakin lama semakin kencang
Tanpa bertanya mengapa, Bunda bantu membereskan sisa buku yang masih berserakan.
“Sudah beres, sekarang Adek mandi,” seru Bunda.

Si Anak beranjak mandi, dan tak lama berangkat ke masjid untuk sholat dhuhur.
Selepas dhuhur, Abi pulang dan kita pergi kondangan sampai sore.

Malamnya, tanpa proses berbelit dan seremonial geli-geli..dia berangkat ke kamar dan tidur sendiri.
Setelah sebelumnya Bunda mengkonfirmasi apa yang membuatnya menangis tadi siang.

“Aku mau dibantu beresin Buku, kan capek beresin sendiri.”

Dan PR selanjutnya adalah melatih ketanguhan anak.

Melihat dua malam si anak berangkat tidur sendiri , si Abi heran.
“Lho...tidur sendiri dia?”
“ Ya iyalah Bi, Bunda kan sedang melatih kemandirian anak.”
“Makanya jangan didekatin lagi, kalau Abi dinas nggak usah diajak tidur bareng lagi. Ntar balik lagi kayak dulu-dulu.”
“Seeeplah..”

#Harike 5
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Master Mind and False Celebration Rubi Digi

Di ujung tapi bukan akhir dari segalanya karena tim ini bertekad untuk tetap ada meski masalah pribadi sudah menemukan solusi. Harapannya tim kami bisa memberi manfaat kepada masyarakat luas dan usai kelas Bunda Saliha ini kami siap masuk ekosistem.  Nah di ujung kelas Bunda Saliha, meski protokoler sudah dinyatakan lulus dan melakukan selebrasi pada puncak satu dekade Ibu Profesional di akhir Konferensi Ibu Pembaharuan ( KIP) tanggal 22 Desember lalu, sejatinya tak ada istilah usai dalam perjuangan tim kami, agar tetap menjadi bagian dari ekosistem ibu pembaharu. Pada kesempatan kali ini, kami akan melakukan selebrasi yang sebenarnya, sebuah koreksi atau evaluasi atas perjalanan kami sebagai anggota sebuah tim maupun kinerja tim itu sendiri. Bisa jadi ini adalah false celebration , namun ini menjadi momen penting agar kami bisa lebih baik lagi kedepannya.  Master Mind and False Celebration : Self Assessment Self assessment, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh member tim un...