Langsung ke konten utama

Kubis dan Kecambah

Komunikasi Produktif : Jalan Tengah

Hari Ahad kemarin si Dia akan mengadakan riyadoh (olah raga) bersama teman pengajiannya.
Sehari sebelumnya sudah kami bicarakan format acaranya ( ceile...orang cuma olah raga doang…. Yah meski hanya begini doang ibaratnya , komunikasi harus tetap dijalankan dengan baik, karena masalah bisa berawal dari hal yang sepele.
Juga konsumsi yang akan dihidangkan, singkong rebus, ote-ote dan tempe mendoan plus minum air putih saja.

Sabtu sorenya disempatkannya mampir ke pasar, singkong, tempe dan tahu telah dibelinya.
Baiklah, besok aku akan bantu menyiapkan.

“Punya tomat Bun?”
“Buat apa Bi?”
“Sambel, buat makan tempe mendoan.”
“Oh, nggak ada. Besok aja beli ke warung sayur.”

Pagi harinya, kita berbagi tugas.
Aku menyiapkan bumbu dan dia belanja ke warung.
Aku, segala sesuatu harus sempurna meski hanya sekedar masakan. Bumbu dan ubo rampenya harus lengkap.
Dia, sesimple dan sesederhana mungkin , yang ada saja.
Di menu ada ote-ote yang menurutku harus banyak sayurnya, kecambah, kubis dan wortel minimalnya.
Bagi dia, ote-ote cukup kubis saja.

“Yah sudah, nggak usah buat ote-ote deh,” kataku mulai berubah raut wajah jadi kecewa.
“Nanti kalau ada sisa tepung bumbu mendoan kan sayang, tinggal diirisin kubis jadi deh ote-ote.”
“Ya sudah, kubis sama kecambah,” kucoba menawarkan jalan tengahnya.

Sampai akhirnya tempe selesai dipotong dan aku bersiap di dapur.

“Kalau Abi ke warung beli : Tomat, Bawang prei, Kecambah dan Kubis ya, “pesanku berusaha mengingatkan agar memasukan kecambah dalam daftar belanjaan.

Karena sibuk didapur tak sempat melihatnya pergi keluar rumah sampai terdengar bunyi motor distarter.
Aku berlari mengejarnya tapi motor itu sudah melaju.
Baiklah, lihat saja. Nanti kalau ada yang tidak dibelinya ya tidak usah dimasak saja.

Tak seberapa lama, dia datang dari warung sayur. Tomat, kecambah, kubis dan bawang prei ada. Di tambah tepung, telur dan minyak goreng.

“Buat jaga-jaga, kalau kurang,”katanya.

Aku tersenyum girang.
Bersyukur tak sempat mengejarnya untuk mengulang pesan.
Laki-lakiku tak suka kalimat yang diulang-ulang.

#harike12
#gamelevel1
#tantangan15 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...