Langsung ke konten utama

Seni Mendengarkan

 Komunikasi Produktif : Mendengarkan

Hari ini saatnya kunjungan anak yang di pesantren. Pas juga ada pertemuan wali santri membahas masalah UNBK. Harus Bundanya, karena anak putri maka yang harus datang wali santri putri.

Disebabkan baru sembuh dari sakit, tak berani bermotor ria, maka angkot jadi pilihan.
Perjalanan yang menyenangkan ke arah luar kota Balikpapan yang masih menghijau.

Sesampainya di tempat disambut putri manisku si nomor 4, dengan sumringah. Maklum meski tinggal sekota, anak ini yang paling jarang berinteraksi dengan kami. Peraturan pesantren yang hanya boleh dikunjungi satu bulan sekali dan pulang ke rumah hanya pada saat libur lebaran saja, membuat interasi langsung menjadi hal yang berharga seperti saat kunjungan kali ini.

Selesai rapat, kami langsung ngobrol tentang banyak hal, sambil menunggu Abinya yang akan menyusul setelah acara liqo jama'i yang rutin diadakan di sekolah kami dan undangan syukuran rumah tahfidz kami yang baru jadi.

"Bun, aku pernah lho memergoki temanku yang l*s*i."
"O..ya, emang ada?" Bunda berusaha sebiasa mungkin, karena fenomena ini pun terjadi di pesantren tempat Bunda mengajar beberapa tahun terakhir ini.

"Malam itu aku terbangun, seperti biasa Bun, Bunda juga tahu kalau aku terbangun. tengah malam di rumah. Langsung duduk gitu kan.
Nah, waktu itu jam 1 malam dan di tempat tidur sebelahku ada temanku sekamar dengan kakak kelas tidur satu ranjang, padahal yang kakak kelas itu kamarnya lain, " sambungnya.

Bunda masih mendengarkan , dengan antusias dan sesekali memberi tanggapan berupa tatapan mata dan senyuman.

"Padahal peraturannya kan, kita tidak boleh tidur satu ranjang.
Trus mereka kaget begitu aku melihatnya , abis bert*nd*s*n gitu."

"Bagaimana perasaanmu mbak?"
"Aku heran sih Bun, andai bener mereka l*s*i , gimana bisa datang perasaan itu.
Tapi yang terpenting, itu kan perbuatan yang di larang dalam agama.
Sejak saat itu , kalau terbangun aku jadi kebiasaan memeriksa keadaan kamar."

It's Oke. On the track

"Trus apa yang menurut mbak ganjil?"
"Anak itu tidak ada dikamar, kata teman yang sekamar dengan kakak kelas itu mereka pindah ke kamar itu."

"Kenapa mbak nggak laporkan pada pengasuh?"
"Takut Bun, nanti dikira mengada-ada. 
Lagian kakak kelasnya sudah lulus dan tak disini lagi."
"Kita kan harus Nahi mungkar mbak, lagian ada teman lain yang juga jadi saksi kan..kasihan dong temannya terperosok dibiarkan saja."

----------------------
Berbicara dengan anak yang sudah besar, kadang harus siap mendengarkan yang serem-serem. 
Tapi harus tetap cool dan tak perlu panik.


#harike4
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...