Langsung ke konten utama

Mars dan Venus

Komunikasi Produktif : Makhluk Mars dan Venus

Seperti yang dijelaskan oleh dr. Aisyah Dahlan di beberapa youtobe dan juga diseminarnya bahwa laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang berbeda. Perbedaan struktur otak membuat sikap, perilaku dan cara berkomunikasi yang berbeda diantara keduanya.

Pada laki-laki, yang berkembang terlebih dahulu adalah otak kanan sampai usia 18 tahun. Corpus colosum (otak tengah) lebih tipis sehingga laki-laki lebih cepat fokus dalam hitungan 10 menit. Mempunyai sudut pandang yang lebih sempit dan lurus. Lebih sedikit pembicaraan dan maksimal 7000 kata.
Dalam berkomunikasi, para lelaki ini juga tidak terlalu menyukai kontak mata.

Sementara, perempuan bagian otaknya berkembang bersamaan. Corpus colosumnya lebih tebal, lebih lambat fokus dibanding laki-laki. Sudut pandangnya luas dan lebar. Jika marah sulit berterus terang bahkan harus ditanya sampai 3 kali untuk menyampaikan perasaan yang sedang dialaminya.
Tapi kemampuan menyampaikan kata-kata bisa sampai 20.000.
Dalam berkomunikasi, para perempuan menyukai kontak mata dan perhatian yang penuh.

Jadi, dengan mengetahui perbedaan ini, setidaknya tidak kaget ya dengan cara komunikasi dengan pasangan. Belum lagi perbedaan pola asuh, cara pandang, pengelolaan emosi dan pengalaman hidup.

Dalam materi komunikasi produktif di kelas Bunda Sayang dijelaskan tentang
FoR_* adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.

FoE_* adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.

Maka komunikasi akan produktif jika FoE/FoR aku dan FoE/FoR kamu menjadi FoE/FoR kita.

Berikut salinan wa yang dikirim oleh suami beberapa waktu yang silam:

Emang bener sih, pembicaraan wanita itu muter-muter, nggak fokus.
Yang ini nih contohnya.
Minta beliin tahu tek-tek pake muter-muter, jadinya suami susah menyimpulkan apa maunya.

Istri : Dari tadi siang belum makan.
Suami: Kamu laper?
Istri: Tadi udah makan gorengan sih di liqo
Suami: Sore ini udah makan belum?
Istri : Belum
Suami: Ada nasi goreng di depan, mau?
Istri: Lagi nggak kepingin makan.
Suami: Atau bakso?
Istri: Kemarin barusan makan bakso
Suami: Nasi masih ada?
Istri: Masih
Suami: Ya sudah ntar goreng telur
Istri: Tahu tek-tek masih buka jam segini.
Suami: Capek deh, 😃

Rekaman percakapan kami yang ditulis suami ini masih saya simpan, sempat kuposting di facebook, setidaknya buat kenangan dan koreksi diri betapa mbuletnya cara berkomunikasiku.

Waktu itu, setelah selesai pembicaraan itu, terdengar suami menstarter motornya. Tak lama, dia pulang membawa sebungkus tahu tek-tek (tahu lontong pakai bumbu sambel kacang dan kecap)

Setelah jauh waktu berlalu, baru dikirimnya rekaman percakapan kami diatas. Disertai caption :

“ Lain kali kalau meminta sesuatu yang jelas ya, biar Abi nggak lama mikir apa maumu.”

Dan tadi malam, kami berkesempatan berbicara berdua, kucoba mengklarifikasi cara berkomunikasi kami.

“Bunda masih ingat, wa yang Abi kirim dulu itu.”
“Yang mana Bun?”
‘Yang Bunda pengen makan tahu tek-tek itu,”jawabku sambil tersenyum.
“Oh itu…”
“Dari situ, Bunda belajar bagaimana meminta sesuatu dengan jelas ke Abi.”
“Iya, laki-laki itu to the point Bun, maunya apa yang jelas. Gitu.”

“Iya..ya...ini juga masih belajar, Abi juga dong, perempuan itu suka berkata-kata. Ada 20 000 kata lho yang harus dikeluarkan. Makanya kalau Bunda ngajak ngomong diperhatikan yang serius, seolah-olah itu penting. Seperti kata Ustad Salim Fillah itu lho.”
“Iya, Bunda, sekarang Bunda mau ngomong apa...penting ini ya. Siap Abi dengarkan.”

Diambilnya sikap siap sedia untuk  mendengarkan. Dan aku hanya bisa tertawa.
Komunikasi yang baik itu melegakan

#harike13
#gamelevel1
#tantangan15 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Master Mind and False Celebration Rubi Digi

Di ujung tapi bukan akhir dari segalanya karena tim ini bertekad untuk tetap ada meski masalah pribadi sudah menemukan solusi. Harapannya tim kami bisa memberi manfaat kepada masyarakat luas dan usai kelas Bunda Saliha ini kami siap masuk ekosistem.  Nah di ujung kelas Bunda Saliha, meski protokoler sudah dinyatakan lulus dan melakukan selebrasi pada puncak satu dekade Ibu Profesional di akhir Konferensi Ibu Pembaharuan ( KIP) tanggal 22 Desember lalu, sejatinya tak ada istilah usai dalam perjuangan tim kami, agar tetap menjadi bagian dari ekosistem ibu pembaharu. Pada kesempatan kali ini, kami akan melakukan selebrasi yang sebenarnya, sebuah koreksi atau evaluasi atas perjalanan kami sebagai anggota sebuah tim maupun kinerja tim itu sendiri. Bisa jadi ini adalah false celebration , namun ini menjadi momen penting agar kami bisa lebih baik lagi kedepannya.  Master Mind and False Celebration : Self Assessment Self assessment, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh member tim un...