Langsung ke konten utama

Sisir Merah dan Sprei Sarung Bantal Guling

Komunikasi Produktif

Alhamdulillah mendapat nikmat sakit yang membuat Bunda bisa istirahat di rumah sampai hari ini.
Alhamdulillah anak-anak yang di asrama tahfidz juga mendapat perpanjangan libur karena ustad-ustadahnya ada kegiatan lain.

Seperti biasa sehari menjelang mereka balik ke asrama, rutinitasnya adalah mempersiapankan segala keperluan yang akan dibawa.
Karena Bunda masih belum bisa keluar rumah maka tidak bisa berbagi tugas mengantar, biasanya  Mbak H bagian Bunda sedangkan mas J dan adik F yang masuk sekolah bagian Abi.
Kali ini semua menjadi bagian Abi sementara Abi sendiri harus masuk kantor tepat waktu tanpa  terlewat meski sedetikpun.

Malam menjelang
"Ayo, siap-siap packing segala perlengkapannya," kata Bunda datar, singkat dan jelas. Mencoba mempraktekkan kalimat efektif. Biasanya bisa diulang berapa kali dan tambahan kalimat yang tak penting lainnya.
"Siap Bun.."

Sejenak berlangsung aman dan damai sampai suatu ketika.
"Sisir mana, aku harus bawa sisir. Disuruh ustad," kata mas J
"Ada diatas lemari kecil itu mas, cari saja, " Bunda menimpali.

Si mas masih mondar-mandir mencari sisir sambil ribut dengan kakak dan adiknya meski sudah mencarinya sesuai dengan petunjuk Bunda.

Bunda sudah mulai panas, lalu bangkit dari pembaringan.
"Ini kan sisir, emang tadi yang dilihat apa sih...cari sisir didepan mata saja tidak bisa."
Duar.... Meledakkan bom kalimat yang tak seharusnya diucapkan.

"Bukan ini Bun, aku cari sisir merah."
"Oh..sisir merah tidak ada, pakai ini saja ya," intonasi kalimat Bunda sudah mulai menurun dan datar.

"Oke Bun, sekarang aku mau sprei sarung bantal guling," lanjutnya.
"Ada dilemari sebelah kanan bagian bawah."
"Yang mana?"

Dada Bunda mulai bergemuruh, pengen ngaruk tembok.
Lalu diangsurkannya sprei, sarung bantal dan sarung guling ke anaknya.
Tetapi yang diambil hanya sarung bantal dan guling sementara spreinya di tinggal begitu saja.

"Kok spreinya tidak jadi dibawa?"
"Aku kan minta sprei sarung bantal dan guling, "jawabnya.
"Lho ini kan sprei Nak."
"Sudah kok Bun, ini ," ditunjukannya sarung bantal dan guling.

Woaaa, jadi yang dimaksud sprei itu sarung bantal dan guling....
Baiklah, pengen ngomel panjang kali lebar tapi...
"Sini Nak, ini yang Bunda pengang sprei buat kasur atau tempat tidur. Itu yang kamu pegang sarung bantal buat bantal dan yang panjang ini sarung guling."

Cukup
Semoga dua pekan lagi dia sudah bisa membedakan mana sprei , sarung batal dan guling.

--------------------------------
* Agar komunikasi menjadi produktif dan efektif, obyeknya harus jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi

#harike1
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...