Langsung ke konten utama

Cemilan 1 Bunda Sayang

🍪 *Cemilan ke-1*🍪

Materi ke-1 *Komunikasi Produktif*
_Rabu, 8 November 2017_


👨‍👨‍👧‍👦 *Membangun Komunikasi Positif Orang Tua- Anak*👨‍👨‍👧‍👦

Komunikasi yang baik sangat penting dalam hubungan antara orangtua dan anak. Karena melalui komunikasi orangtua dapat membangun hubungan yang menyenangkan dan positif. Dalam penelitian terkini juga menyebutkan bahwa anak yang tumbuh dengan komunikasi positif dengan orangtua cenderung memiliki kepribadian, daya tahan terhadap stress dan _self esteem_ yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang memiliki hubungan dan komunikasi yang buruk dengan orangtua.

Kemampuan komunikasi dibutuhkan dalam hubungan orangtua dan anak, dimulai dari sejak dini hingga dewasa. Komunikasi yang baik adalah kunci dari hubungan yang saling menghargai dan terciptanya pribadi anak yang sehat serta terciptanya tumbuh kembang yang optimal.

*Prinsip – prinsip dasar dalam mewujudkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak :*

▶ *Tunjukkan Ketertarikan dan Perhatian*

Berikan respon positif sebagai bentuk dari ketertarikan atau perhatian anda. Tujuannya adalah agar anak menyadari bahwa apa yang ia utarakan adalah penting bagi anda.

Anda bisa memberikan tanggapan dengan kata sederhana seperti contohnya ; _” Oohh gitu… ”_ atau _” iyaa…teruss? ”_atau _” hmmm,_ _jadi seperti itu yaa… “_ atau bisa juga dengan ungkapan perhatian non verbal seperti menganggukkan kepala atau tersenyum.


▶ *Komunikasi non-verbal*

Sikap tubuh juga bisa mencerminkan bahwa anda memperhatikan dan terbuka atas apa yang disampaikan anak. Usahakan posisi tubuh dalam kondisi condong ke anak bukan sebaliknya karena akan mencerminkan anda tidak tertarik, posisi tangan terbuka, hindari bersilang tangan dan menopang dagu karena bisa diartikan anda bosan mendengarkan anak. Komunikasi verbal dan non-verbal sama-sama penting, orangtua seringkali mengabaikan komunikasi non verbal sehingga anak bisa menangkap hal tersebut sebagai sinyal negatif seperti penolakan dan tidak dihargai.


▶ *Orangtua sebagai orang yang dapat diandalkan*

Tawarkan bantuan jika isi pembicaraan mengandung sesuatu yang menyulitkan anak, buat anak merasa bahwa kita sebagai orangtua ingin ikut terlibat. Anda juga dapat memberikan saran jika anak mengemukakan kesusahannya dalam kasus tertentu, mengingat kemampuan _problem solving_ anak yang masih terbatas. Namun, orangtua perlu ingat porsi yang cukup untuk menolong anak agar anak tetap dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan kemampuannya terus berkembang.

*contohnya ;*_” apa yang bisa ibu bantu? “_


▶ *Terima perasaan anak*

Amati perasaan anak dan terima dengan cara mengucapkan perasaan mereka. Kadang anak terjebak dengan masalah yang mereka hadapi sehingga tidak bisa mengkomunikasikan perasaan mereka.

Dengan kita mencoba memahami mereka, anak akan merasa bahwa orangtua mengerti dan menerima perasaan mereka. kata-kata yang bisa diucapkan seperti contohnya ;

_” itu bikin kakak sedih yaa… ”_ atau _” iyaa ibu juga sebel ya kalo diperlakukan seperti itu… ”_atau _” iyaa ibu mengerti kakak marah… “_


▶ *Fokus orangtua hanya pada anak*

Hindari aktivitas lain saat anak sedang berbicara dengan anak, misalnya sambil menonton TV atau mengangkat telepon dari orang lain. Jika orangtua kerap melalukan hal tersebut maka lama kelamaan anak akan merasa tidak dihargai dan membuat mereka enggan menyampaikan perasaan mereka ke orangtua.

Jika anda terjebak dalam kondisi pekerjaan yang penting sebaiknya anda meminta anak menunggu kemudian memberikan ia waktu eksklusif untuk bercerita dibandingkan anda memaksaan seperti “menyambi” bekerja dan mendengarkan, komunikasi yang baik akan sulit terbentuk dan memungkinkan timbul konflik lain.

_Berdua selalu lebih baik_
Selalu tawarkan waktu berdua untuk komunikasi yang lebih bersifat pribadi, kecuali jika memang ada pihak lain yang perlu masuk dalam pembicaraan tersebut. Namun pada dasarnya berbicara berdua dari hati ke hati dapat membangun komunikasi yang lebih efektif.

_Kontak mata dan level yang sejajar_
Kontak mata diperlukan untuk komunikasi yang baik salah satunya agar tercipta rasa saling percaya. Untuk itu usahakan orangtua selalu ada di satu level ketinggian saat bicara dengan anak. Posisi kepala yang sejajar atau satu level ini juga menunjukkan kepada anak bahwa komunikasi bersifat dua arah dan sama-sama memiliki kepentingan sehingga anak akan merasa lebih dihargai.


▶ *Membuat anak malu di depan umum adalah Big No.. No!*

Jangan mempermalukan anak dalam situasi tertentu misalnya saat anak melakukan kesalahan sebaiknya orangtua menunggu untuk mengkomunikasikan rasa kecewanya, memberikan hukuman rasa malu di depan umum bukan cara komunikasi yang baik.

_Bicara dengan kepala dingin_

Jika anda marah akan sesuatu pada anak, maka sebaiknya redakan dulu amarah anda baru komunikasikan kekecewaan anda. Berbicara saat marah akan menghilangkan objektifitas masalah dan bukan cara komunikasi yang baik. Dalam hal ini manusia dikendalikan oleh dua hal yaitu emosi dan logika, saat marah maka seseorang akan naik emosinya sehingga logika akan turun. Untuk itu, hindari komunikasi saat marah karena hanya akan berisi emosi dibandingkan logika.


_Selamat menjalin komunikasi ya…_⭐

Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang Batch#3/


📚Sumber bacaan:
Klik Psikolog. (19 Mei 2017). Membangun Komunikasi Positif Orang tua - Anak. Diperoleh 24 Oktober 2017, dari http://www.klikpsikolog.com/membangun-komunikasi-positif-orang-tua-anak/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Pekan Ketiga

   Pada pertemuan ketiga workshop fasilitator A Home Team kali ini semakin seru saja. Sesuai komitmen yang sudah saya buat pada awal pertemuan, bahwa hari Selasa malam adalah waktu khusus untuk hadir pada zooming A Home Team fasil.Kali ini saya bisa hadir tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Yeiii kemajuan! Apa yang menarik pada pertemuan kali ini? Tentu saja permainannya. Saya semakin antusias mengikuti permainan pada sesi kali ini. Diawali dengan check-in yang seru, tentang hal-hal yang mengganggu dan ingin diubah selama ini. Wah surprise, dapat giliran setelah Mbak Mesa. Hmmmm, hal yang ingin ku ubah adalah sifat menunda-nunda. Seperti ini nih, menulis jurnal di akhir waktu menjelang deadline. Namun, bagian ini sudah dijawab oleh Mbak Mesa, jadi saya ambil hal yang mengganggu adalah susahnya bersikap asertif atau menolak. Cocok kan, dua hal yang menjadi hambatan terbesar adalah suka menunda dan tidak bisa menolak. Akibatnya, ya… . Begini deh! Selain check-in, peserta juga m...

A Home Team, Keluarga di Pertemuan Pertama

A Home team, rasanya sudah lama mendengar title ini. Beberapa kali founder Ibu profesional membahas tentang A Home team. Idealnya sebuah keluarga adalah sebuah team. Bahkan team dengan kualitas A. Pertanyaannya seperti apa keluarga dengan kualitas A itu? Bagaimana cara membentuk keluarga dengan kualitas A? Pertanyaan ini yang selalu berulang menggema di pikiran. Hingga saya bergabung di tim nasional dan bertemu dengan Mbak Ratna Palupi. Saya sering mendapatkan informasi seputar A Home Team. Sebuah program inovasi yang ada pada Ibu Profesional. Tapi informasi itu semakin membuat penasaran. Ketika bertemu dengan Mbak Ratna di Konferensi Perempuan Indonesia di Batu––Malang pada Februari lalu dan ngobrol sedikit tentang A Home Team, semakin menarik untuk mengetahui seperti apa program inovasi yang satu ini. Pas banget saat itu Mbak Ratna bilang bahwa A Home Team membuka kelas. Saat yang ditunggu pun tiba. Begitu ada pendaftaran recruitment A Home Team, meski saat itu saya sedang keliling b...

Jurnal A: Kerumunan atau Tim

    Selasa yang ditunggu, ada kelas A home team tentu saja. Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator dari jauh, Rifina Arlin. Sebelum membahas materi tentang kerumunan atau tim, terlebih dahulu kita diajak untuk check-in. Check-in, Cuaca dalam Keluargaku Check in selalu menjadi momen yang seru karena peserta langsung bisa face to face dengan peserta lain di breakout room. Selain bisa mengenal lebih dalam, proses diskusi juga lebih interaktif. Kali ini di breakout room sudah ada teman main Mbak Rahmani Kartika Ayu dan Mbak Cantia Rasyiqa. Check ini dimulai dari aku… iya harus gercep karena waktu yang diberikan hanya sedikit. Aku menggambarkan cuaca keluargaku seperti musim dingin. Kali aja mirip dengan musim hujan akhir-akhir ini di kotaku. Dingin bukan berarti tidak saling bertegur sapa lho…, dingin yang aku maksud adalah sepi karena anak-anak sudah tidak ada di rumah, tinggal berdua saja dengan pak suami dan kalau siang ditinggal kerja. Sebagai keluarga dengan banyak anak, ...